Berangkat dari komitmen untuk mempraktikkan pendidikan yang kontekstual, mulai SMESTER depan, Juni 2023, kami akan meminta warga Sanggar Anak Alam (SALAM) untuk memetakan hal-hal yang ada di sekitar yang berpotensi untuk menjadi sumber belajar. Seperti yang dibahas sebelumnya, pendidikan yang kontekstual mempercayai bahwa lingkungan sekitar kita menimbun banyak sekali potensi pengetahuan. Bukan hanya pengetahuan yang ‘keren’ karena sedang terkenal di sosial media, namun pengetahuan ini bersinggungan dengan hidup kita sehari-hari. Artinya, tidak perlu ada pertanyaan, ‘buat apa sih aku belajar ini?’
Melalui pemetaan ini, kami berharap untuk memperkenalkan lingkungan sekitar para warga SALAM dengan lebih intim. Mungkin saja di jalan yang kulalui setiap hari pun, ada tempat pembuatan tempat yang entah mengapa selalu terlewat. Mungkin warga SALAM yang melalui jalan yang sama setiap hari justru selalu sadar melihat tempat tersebut atau mungkin kenal dengan pemiliknya. Melalui pemetaan secara komunal ini, diharapkan kita akan terkejut dengan kekayaan lingkungan sekitar kita yang terlewat begitu saja selama ini.
Data yang diminta adalah lokasi tempat, cara menghubungi tempat, serta sedikit narasi mengenai tempat tersebut. Diharapkan pengisi memang sudah mempunyai hubungan dengan tempat-tempat tersebut agar bisa mengetahui seluk beluk tempat tersebut dan memudahkan mereka yang ingin melakukan kontak. Bila tidak, ini justru bisa menjadi sarana untuk mulai berkenalan dengan tempat-tempat yang ada di sekitar lingkungan kita sendiri. Data tersebut akan diolah secara spasial dengan menunjukkan peta persebaran tempat-tempat berpotensi tersebut yang sudah dikategorikan sesuai tema. Misalnya, mereka yang ingin melakukan riset pangan dapat melihat sebaran tempat-tempat yang memproduksi makanan di sekitarnya, seperti kafe, toko makanan tradisional, atau tempat serupa.
Data ini dapat digunakan ketika menentukan topik riset maupun setelah riset berjalan. Ketika menentukan topik, mungkin ada dari tempat-tempat di sekitar rumahnya yang menarik perhatiannya. Mereka tidak perlu memutar kepala harus pergi ke tempat jauh untuk melakukan riset karena mungkin ia hanya perlu berjalan kaki untuk bertanya ke narasumber. Setelah riset berjalan, mereka juga dapat mengetahui narasumber lain atau pembanding apabila diperlukan. Harapannya, anak SALAM akan lebih dapat memanfaatkan hal-hal yang memang sudah ada dalam konteks hidup mereka sehari-hari.
Digitalisasi Jurnal Riset
Pernah merasa stuck ketika mengerjakan riset karena kita sudah menjawab semua pertanyaan yang kita lontarkan di awal? Layaknya ketika pertama kali memakan buah durian, mungkin ada yang puas ketika sudah membelahnya satu kali saja. Padahal, durian tersebut belum selesai dan masih bisa dibelah lagi. Riset pun seperti itu. Jawaban yang sudah didapatkan di awal sebenarnya masih dapat dibelah dan dibelah untuk terus menemukan hal yang menarik. Untuk dapat terus membelah pengetahuan tersebut, para fasilitator akan membantu memantiknya dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendalam berdasarkan temuan-temuan yang didapat.
Metode yang akan dicoba kali ini adalah dengan mengunakan formulir digital yang pertanyaannya akan disesuaikan untuk setiap murid. Formulir ini awalnya akan menanyakan hal-hal yang mendasar dalam sebuah penelitian, yang dikenal dengan 5W + 1H. Setelah formulir tersebut dikumpulkan, fasilitator akan membuat formulir baru dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih tajam berhubungan dengan riset masing-masing siswa. Pertanyaan tersebut dapat menjadi pemantik dan pemandu untuk langkah berikutnya yang dapat dilakukan murid dalam risetnya. Jawaban yang diberikan juga bukannya menjadi jawaban yang akan dievaluasi, melainkan menjadi rekaman atas langkah-langkah yang sudah dilalui dalam risetnya. Proses itu akan berulang hingga siswa dan fasilitator sepakat untuk menuntaskan risetnya. Jadinya, setiap anak mungkin saja mengisi banyak formulir tergantung seberapa banyak langkah menarik yang ia lalui. Jika memang di tengah jalan ada rasa frustrasi atau rasa kepuasan tersendiri, curhatkan saja dalam formulir itu!
Bentuk digital dipilih sebagai alat yang memudahkan proses rekam jejak penelitian dan pengumpulan dan penyimpanan data. Rekam jejak ini bukan hanya akan membantu para siswa untuk melihat secara nyata perkembangan dirinya sendiri, namun juga akan membantu SALAM untuk dapat mengkritisi sendiri proses belajar yang selama ini terjadi. Bentuk formulir singkat juga dipilih agar para siswa tidak perlu kewalahan ketika harus mengerjakan satu laporan akhir yang panjang yang terlihat mengerikan. Pertanyaan-pertanyaan dalam formulir ini bentuknya singkat dan dapat dijawab sesuai pengalaman pribadi. Bila memang banyak hal yang ingin diungkapkan, tentu saja ada ruang tak terbatas (tergantung kapasitas Hard Disk) untuk menceritakan pengalaman dan refleksimu.
Bukan hanya berguna sebagai alat perekam, metode ini juga diharapkan menjadi alat oleh fasilitator untuk ‘memandu’ riset dengan tetap menghargai kebebasan siswa dalam belajar. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berusaha memperlihatkan bahwa masih ada yang bisa digali, bukannya memberitahu harta karun apa yang terkubur dibawahnya. Pada akhirnya, siswa itu sendiri yang harus menggali dan menemukan sendiri apa yang ada disana. Setidaknya, fasilitator dapat memberitahu pilihan-pilihan jalan yang tersedia dan dapat dilalui. Misalnya, ketika meneliti es krim, ada jalan untuk memikirkannya dalam konteks jual-beli, teknik pembuatan, cara membuatnya tidak cepat meleleh, atau mencoba kombinasi rasa yang belum dicoba sebelumnya. Jalan-jalan itulah yang dapat dipilih dan didalami yang akan coba dikenalkan melalui pertanyaan yang ada di formulir tersebut. []
Relawan SALAM
Leave a Reply