Revolusi teknologi dan akses mudah terhadap informasi telah mengubah paradigma dalam dunia pendidikan. Saat ini, institusi pendidikan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Perguruan Tinggi berkembang sangat pesat. Namun, meskipun akses terhadap pengetahuan semakin mudah, sistem pendidikan yang ada masih terjebak dalam paradigma lama dan kurang mampu menangkap kebutuhan masa depan. Membahas pentingnya refleksi besar-besaran dalam institusi pendidikan, perubahan paradigma pendidikan yang diperlukan, dan urgensi menghadapi revolusi automasi dengan pendekatan yang lebih holistik.
Paradigma Kontradiktif dalam Sistem Pendidikan
Dengan berkembangnya institusi pendidikan dari tingkat PAUD hingga Perguruan Tinggi, seharusnya sistem pendidikan mampu memberikan dampak positif bagi pertumbuhan manusia secara holistik. Namun, sayangnya, sistem pendidikan saat ini dianggap kontradiktif. Institusi yang seharusnya menjadi aktor untuk membangun pembangunan manusia seutuhnya untuk masa depan justru terjebak dalam zona nyaman masa lalu. Kreativitas, ekspresi, motivasi, dan bakat siswa tergerus dalam sistem pendidikan yang lebih fokus pada pencapaian akademis dan penghafalan, daripada pengembangan potensi individual.
Refleksi Besar-Besaran dalam Institusi Pendidikan
Untuk menghadapi tantangan masa depan, para pengelola institusi pendidikan harus melakukan refleksi besar-besaran. Refleksi ini harus menyadari bahwa sistem pendidikan saat ini mungkin menjadi penghambat pertumbuhan manusia jika tidak beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Institusi sekolah harus bertransformasi menjadi lingkungan yang mampu memberdayakan siswa dalam pengembangan kreativitas, kebebasan berpikir, dan bakatnya.
Model Pendidikan Reduksionis dan Perubahan Paradigma
Sistem pendidikan saat ini terpengaruh oleh paradigma reduksionis, yang lebih menekankan pada pemahaman objektif dan pengujian standar. Model ini dirancang untuk masa industri di mana pengetahuan massal diperlukan. Namun, dengan berkembangnya revolusi automasi dan kebutuhan keahlian yang berbeda, paradigma ini menjadi keterbatasan.
Pentingnya perubahan paradigma pendidikan menjadi model yang lebih holistik. Proses pendidikan harus berpusat pada siswa, mempertimbangkan minat dan tujuan mereka. Guru harus menjadi pendukung bakat siswa dan membantu mereka mengembangkan kemampuan kreatif, adaptif, dan inovatif.
Menghadapi Era Automasi dengan Pendekatan Holistik
Revolusi automasi telah mengubah tata cara kerja dan kebutuhan keahlian di masa depan. Oleh karena itu, institusi pendidikan harus siap menghadapi perubahan ini. Dalam ekosistem pendidikan yang lebih luas, siswa harus diberdayakan untuk mengembangkan diri secara holistik.
Pendekatan pembelajaran mandiri harus didorong, di mana siswa memiliki kontrol atas tujuan dan proses belajarnya. Guru harus berperan sebagai fasilitator yang memberdayakan siswa untuk menjadi pembelajar aktif dan kreatif.
Mengintegrasikan Pembelajaran Formal dan Informal
Penting untuk mengakui bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi dalam institusi pendidikan formal, tetapi juga melalui proses belajar informal. Oleh karena itu, perlu integrasi antara pembelajaran formal dan informal. Penggunaan teknologi informasi dapat membantu melacak dan mengukur pembelajaran informal, sehingga sistem pendidikan menjadi lebih terintegrasi.
Revolusi automasi membawa tantangan baru dalam dunia pendidikan. Agar relevan dengan kebutuhan zaman, institusi pendidikan harus melakukan refleksi besar-besaran dan berubah paradigma menjadi model yang lebih holistik. Pembelajaran mandiri dan integrasi pembelajaran formal dan informal menjadi kunci untuk mempersiapkan generasi mendatang menghadapi masa depan yang beragam dan penuh peluang. Dengan demikian, institusi pendidikan akan mampu menjadi penggerak pertumbuhan manusia, bukan penghambatnya, dalam era revolusi automasi.[]
Seorang otodidak, masa muda dihabiskan menjadi Fasilitator Pendidikan Popular di Jawa Tengah, DIY, NTT dan Papua. Pernah menjadi Ketua Dewan Pendidikan INSIST. Pendiri Akademi Kebudayaan Yogya (AKY). Pengarah INVOLPMENT. Pendiri KiaiKanjeng dan Pengarah Sekolah Alternatif SALAM Yogyakarta.
Leave a Reply