“JAGA DIRI JAGA TEMAN JAGA LINGKUNGAN” kalimat itu memang terkesan sangat sederhana, namun hari ini kalimat sederhana itu benar-benar berubah bagaikan mantra ajaib, dan tentu saja mampu menghujam nurani saya.
Peristiwa spiritual yang amat spesial buat saya hari ini ditunjukkan alam semesta dalam perjalanan rutin mengantar dan menjemput anak saya hari ini—Perjalanan dari rumah kami menuju SALAM bisa menghabiskan waktu sejam lebih, hari ini saya mengantar dan menjeput anak saya puri (kls satu SD) karena ayahnya di luar kota dan di rumah tidak ada yang menjaga adiknya terpaksa si adikpun ikut ngantar kakak sekolah, berangkat aman-aman saja karena masih pagi dan semua masih dalam kondisi segar jdi si ade berdiri didepan dan si kaka di belakang, nah justru terasa ribetnya ketika siang hari saat mau pulang kerumah. Udara terasa panas, gerah ditambah lagi si ade sudah mulai mengantuk—si ade saya taruh di belakang dengan kakaknya, Teman-teman orang tua murid menyaksikan betapa rempong saya mengatur kakak dan adek menaiki motor.
Awal perjalanan berjalan biasa saja, sampe lampu merah wirobrajan si adek mulai ngantuk dan tertidur. aku pun spontan berhenti sejenak dan nanya kakak; “kak gimana ya adek bobo bisa gak ya kakak bisa gak pegangin, nahan adek sampai rumah?” “, kakak jawab “Aduh bu kakak coba dulu saja tapi kakak juga rasanya ngantuk e bu!”, akupun langsung panik aduh kalau semua ngantuk bagaimana nanti kami di jalan sementara jarak tempuh perjalanan pulang masih jauh, aku balik bertanya ke Kakak; “kak apa sebaiknya motor kita parkir saja di rumah sakit Universitas Muhammadiyah (UMY), kita naik taxi dan besok motor kita ambil?”.
Si kakak jawab “bu kita bikin kesepakatan kalau adek tidak goyang-goyang tidurnya, kalau posisinya adek tenang, kakak bisa nahan tapi kalau nanti motor goyang-goyang, nanti motornya ibu titipkan saja, kata bu avin jaga diri jaga teman jaga lingkungan, karena kita di jalan kakak ganti ibu jaga mata kakak agar tidak ngantuk supaya bisa nahan adek, dan jaga kepala adek biar tidak kena panas!”
Saya tersentak dan langsung terharu—aduh ternyata besar sekali makna kalimat itu terhadap anak saya, sepanjang jalan saya sangat melow,saya tak mampu membendung air mata, menangis sepanjang jalan, terharu anak 6 tahun ini bisa paham arti dari kesepakatan dan tanggung jawab.dari kaca spion saya sesekali menyaksikan kakak menahan kantuk, namun karna si adek anteng dia tetap sepakat sesuai kesepakatan jaga adek sampai di rumah.
Pengalaman yang sangat sederhana ini namun sangat menggores nurani saya dan anak saya, terimakasih SALAM dan untuk semua fasilitator yang hebat di SALAM.[]
Rachma wati
Orang tua SALAM Khalifah Anggara Puri Mahacinta/ Puri ( kelas 1 SD)
SALAM (Sanggar Anak Alam), Laboratorium Pendidikan Dasar, berdiri pada tahun 1988 di Desa Lawen, Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara.
Leave a Reply