Penjajahan pikiran merupakan konsep yang mencerminkan pandangan bangsa terjajah tentang penelitian, yang dipengaruhi secara signifikan oleh dinamika kolonialisme dan imperialisme. Dalam pandangan ini, penelitian dihubungkan dengan pengalaman buruk dan pengaruh negatif yang dihasilkan oleh penjajahan, menciptakan ketidaknyamanan dan ketidakpercayaan. Kekuatan Barat dalam menentukan makna dan pemahaman tentang penelitian juga menjadi sorotan dalam konteks ini.
Penelitian dalam Masyarakat Bangsa Terjajah Kata “penelitian” seringkali dianggap negatif dalam bahasa dan tata kehidupan masyarakat bangsa terjajah. Kata tersebut memicu kenangan buruk, kebisuan, dan kecurigaan. Bahkan, beberapa orang bangsa terjajah mengekspresikan perasaan mereka tentang penelitian melalui puisi. Penelitian ilmiah dianggap sebagai kontributor dampak negatif kolonialisme yang terus mempengaruhi perasaan kemanusiaan bangsa-bangsa terjajah hingga saat ini.
Pengukuran Kemampuan Bangsa Terjajah Salah satu contoh ekstrem adalah pengukuran “kemampuan” bangsa terjajah dengan memasukkan biji-biji padi ke dalam tengkorak leluhur mereka dan membandingkannya dengan kapasitas pemikiran dan mental mereka. Tindakan seperti ini merendahkan martabat bangsa terjajah dan menunjukkan ketidaktahuan tentang esensi dan identitas sejati mereka. Orang Barat, terutama peneliti dan intelektual, sering kali mengklaim pemahaman eksklusif tentang bangsa terjajah tanpa keterlibatan yang dalam.
Penguasaan Budaya dan Identitas Barat juga sering menolak kemungkinan bagi bangsa terjajah untuk menjadi pencipta budaya dan identitas mereka sendiri. Praktik-praktik kolonialisme lama tetap digunakan untuk menyangkal klaim bangsa terjajah atas eksistensi, tanah, hak menentukan nasib sendiri, pelestarian bahasa, pengetahuan budaya, kekayaan alam, dan sistem kehidupan mereka.
Infiltrasi Pengetahuan dan Konstruksi Barat Imperialisme tercermin melalui infiltrasi pengetahuan: pengumpulan data dan representasi masyarakat bangsa terjajah oleh Barat. Proses ini melibatkan pemahaman Barat tentang “yang Lain” dan didukung oleh institusi, penghargaan akademik, kosa kata, dan bahasa kolonial. Edward Said menyebutnya sebagai “wacana Barat tentang yang Lain,” yang disokong oleh berbagai elemen termasuk institusi korporasi dan birokrasi kolonial.
Perlawanan Terhadap Imperialisme Penelitian adalah tempat pertarungan antara kepentingan Barat dan kepentingan bangsa terjajah. Bangsa terjajah diidentifikasi sebagai pihak yang berbeda dan sering kali dilebelkan dengan identitas yang spesifik. Pembahasan penelitian ilmiah dengan pendekatan ilmiah sulit terwujud tanpa pemahaman imperialisme dan praktek kolonial yang mendasarinya.
Cerita Bangsa Terjajah Bangsa terjajah memiliki cerita mereka sendiri tentang penelitian, yang mencerminkan perspektif unik mereka. Cerita ini juga berfungsi sebagai perlawanan terhadap narasi Barat tentang penelitian. Kebanyakan bangsa terjajah tidak membedakan antara penelitian ilmiah dan berbagai bentuk pengumpulan pengetahuan mereka sendiri, yang telah berkembang selama berabad-abad.
Jadi, penjajahan pikiran merupakan manifestasi dari pengaruh kolonialisme dan imperialisme dalam pemahaman bangsa terjajah tentang penelitian. Pandangan ini mencerminkan perasaan ketidaknyamanan, perlawanan, dan perdebatan dalam menjalani pengembangan pengetahuan. Dalam kerangka ini, penting untuk memahami bahwa penelitian ilmiah tidak dapat dipisahkan dari sejarah kolonialisme dan perjuangan bangsa terjajah untuk mendefinisikan diri mereka sendiri dalam konteks global yang terus berubah.[]
pembelajar, pejalan sunyi
Leave a Reply