Pandangan berbeda muncul di kalangan pendidik mengenai peran pendidikan dalam hubungannya dengan politik, kekuasaan, dan struktur sosial. Di satu sisi, ada yang meyakini bahwa pendidikan cenderung menjadi alat untuk mempertahankan dan melegitimasi dominasi kelompok tertentu. Pandangan ini dikenal sebagai teori reproduksi dalam pendidikan. Di sisi lain, ada juga yang percaya bahwa pendidikan dapat menjadi sarana untuk membangkitkan kesadaran kritis dan membebaskan manusia dari dehumanisasi yang disebabkan oleh sistem sosial yang tidak adil. Pandangan ini mendasari konsep Pendidikan untuk Resistensi terhadap Dominasi dan Penindasan.
Proses Pembebasan dalam Pendidikan: Pertanyaan mendasar adalah bagaimana pendidikan dapat menjadi sarana pembebasan dan menghasilkan kesadaran kritis. Para fasilitator pendidikan yang mendukung pandangan ini fokus pada metode pembelajaran yang mendorong pemikiran kritis. Namun, perlu diakui bahwa pendidikan tidak dapat dipisahkan sepenuhnya dari konteks sosial dan struktur yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, strategi pendidikan harus dapat mengintegrasikan analisis terhadap isu-isu global, seperti globalisasi kapitalisme dan neoliberalisme, dengan upaya kritis untuk mencari solusi alternatif.
Menanggapi Tantangan Globalisasi: Dalam menghadapi tantangan globalisasi, strategi pendidikan seringkali cenderung untuk bersifat reaktif dan adaptif terhadap dominasi global. Namun, untuk mencapai pemahaman kritis terhadap isu-isu ketidakadilan sosial yang terkait dengan globalisasi, pendidikan harus memiliki visi dan misi yang sesuai dengan perkembangan formasi sosial. Pendidikan kritis juga memerlukan partisipasi aktif peserta dalam mengontrol dan memonitor proses belajar untuk menciptakan ruang pembebasan.
Analisis Kritis terhadap Paradigma Pendidikan: Pendekatan kritis terhadap paradigma pendidikan menjadi kunci dalam menentukan metode penyelenggaraan proses belajar. Proses belajar yang meletakkan peserta sebagai subjek, memberdayakan warga belajar, dan bersifat demokratis dapat membantu menjembatani berbagai ideologi yang mendasari metode pendidikan. Pendidikan kritis memiliki tanggung jawab untuk merefleksikan dan menantang ideologi dominan dalam masyarakat, serta menciptakan ruang untuk transformasi sosial menuju masyarakat yang lebih adil.
Pendidikan bukanlah entitas yang netral, obyektif, atau terlepas dari kondisi masyarakat. Dalam perspektif kritis, tugas utama pendidikan adalah memanusiakan kembali individu yang mengalami dehumanisasi akibat struktur sosial yang tidak adil. Oleh karena itu, visi kritis pendidikan harus memihak pada rakyat kecil dan tertindas, dengan tujuan menciptakan sistem sosial baru yang lebih adil melalui transformasi sosial. []
Seorang otodidak, masa muda dihabiskan menjadi Fasilitator Pendidikan Popular di Jawa Tengah, DIY, NTT dan Papua. Pernah menjadi Ketua Dewan Pendidikan INSIST. Pendiri Akademi Kebudayaan Yogya (AKY). Pengarah INVOLPMENT. Pendiri KiaiKanjeng dan Pengarah Sekolah Alternatif SALAM Yogyakarta.
Leave a Reply