“Mas, gimana kalau kita besok bikin Pasar Ekspresi?” Ucap Sena dan Farid dengan raut muka serius dan penuh antusias. Mendengar hal itu saya kaget. Karena siapa yang akan jadi panitianya? OAS (Organisasi Anak SALAM) yang diketuai oleh Sena, sekarang ini hanya tersisa 5 orang pengurus, karena sebagian pengurus OAS sudah lulus. Jumlah yang kecil untuk sebuah acara yang melibatkan banyak orang, bahkan untuk menjadi satu tim bola voli saja masih kurang.
Pasar Ekspresi adalah acara tahunan yang berupa gelaran pasar dan pentas seni sebagai wadah berekspresi seluruh warga SALAM. Sejak pandemi merebak, tidak satupun acara yang bisa dilakukan di Sanggar Anak Alam (SALAM) secara leluasa. Semuanya serba terbatas. Termasuk Pasar Ekspresi ini.
Momentum grafik Covid-19 yang mulai melandai dan dilonggarkannya pembatasan sosial, coba ditangkap oleh teman-teman OAS untuk menyelenggarakan kembali Pasar Ekspresi setelah 2 tahun vakum karena pandemi. Pada malam itu juga saya, Sena, dan Farid berdiskusi kapan waktunya, siapa saja yang akan terlibat, dan bagaimana bentuknya.
Saya tidak banyak mengeluarkan ide. Energi saya sudah cukup terkuras menemani acara teman-teman SMP SALAM seharian. Saya sebatas menanggapi dengan pertanyaan, dan teman-teman OAS ini yang sepenuhnya menyusun kerangka acara dari hulu ke hilir. Salah satu langkah awal yang diambil adalah segera membentuk kepanitiaan yang terdiri dari teman-teman SMP, SMA, dan sebagian kelas SD besar. Kemudian Pasar Ekspresi akan dilaksanakan di pertengahan bulan Agustus, sekaligus memeriahkan hari kemerdekaan.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang melibatkan forum orang tua SALAM (FORSALAM) dalam porsi besar. Tahun ini Pasar Ekspresi seluruhnya dibidani oleh teman-teman OAS. “Besok kalau butuh sesuatu kita tinggal tanya-tanya ortu atau fasi. Tapi kalau lihat acara dari teman-teman SMP, kayaknya kita juga bisa sendiri.” kata Farid dengan percaya diri.
Rapat-rapat persiapan hampir selalu penuh ide-ide baru dan memunculkan progress setiap minggunya. Kebutuhan dana yang tidak sedikit juga dipikirkan matang-matang. Panitia memutuskan untuk mencari pendanaan melalui 3 sumber, penjualan kaos, tiket pelapak, dan kupon doorprize. Pengumpulan dan penggunaan dana disepakati semandiri dan seefektif mungkin mungkin. Contohnya penyewaan tenda, teman-teman panitia memilih untuk bekerja sama dengan kampung Nitiprayan karena lebih murah, dekat, dan memiliki kualitas yang tidak kalah baik dari tempat persewaan lain.
Proses rapat sebelum acara tidak selamanya mulus. Salah satunya perihal pembuatan kaos yang hasilnya akan menopang sebagian besar pendanaan PE. Desain kaos dibuat tim desain semenarik mungkin agar bisa memikat banyak pembeli. Banyu dan Gea sebagai tim desain cukup kewalahan menampung masukan dari teman-temannya. Mereka berdua dibantu beberapa kakak kelas SMA mencoba memilah masukan dan menyusunnya menjadi desain terbaik.
Dinamika sebenarnya tidak hanya terjadi pada pembuatan kaos saja. Hal tersebut hampir terjadi di setiap divisi. Seperti harus bolak-balik merevisi surat izin dan peminjaman, Menghitung dan memproses pesanan kaos, Menghitung dan menyiapkan perlengkapan, sampai menyusun susunan acara agar tidak terlampau panjang karena membludaknya minat dari teman-teman SALAM.
Persoalan-persoalan di atas dari pengamatan saya berhasil mereka lalui dengan baik, walaupun dengan sedikit sambat. Musyawarah mufakat coba selalu mereka kedepankan. Teman-teman panitia yang lebih tua menemani yang muda, dan yang muda tidak mau kalah untuk belajar dari kakak-kakaknya. Mereka bahu-membahu untuk lembur menyusun dekorasi dan dan segala perlengkapan acara. Bahkan mereka rela menunggu dan menyusun bersama-sama sound system yang baru bisa datang pukul setengah 2 pagi. 6 jam sebelum acara dimulai.
Mereka bukan berarti tanpa kekurangan. Mereka juga kadang masih sering gojegan dan masih harus diingatkan oleh sesama teman panitia lain. Namun mereka mau terus belajar bersama-sama untuk mengapresiasi kerja keras, belajar mengkritik, memberi saran, gotong royong, toleransi, bermufakat, berhubungan dengan orang lain di dalam dan luar SALAM, mengambil keputusan, dan mengatasi konflik.
Dan akhirnya Pasar Ekspresi 16 berlangsung dengan sukses dan meriah. Jumlah pelapak dan penampil membludak. Pengunjung antusias dari awal hingga akhir acara. Raut kebahagian tampak dari seluruh warga SALAM yang hadir dan terlibat. Tujuan teman-teman panitia berhasil yaitu bisa memfasilitasi ruang ekspresi yang merdeka bagi adik kelas, teman sebaya, bahkan fasilitator hingga orang tua mereka sendiri.
Tugas teman-teman panitia PE belum berkahir. Mereka akan melakukan evaluasi di akhir pekan ini. Terima kasih banyak teman-teman OAS dan Panitia Pasar Ekspresi 16. Sampai jumpa di Pasar Ekspresi selanjutnya.[]
Fasilitator SALAM
Leave a Reply