Komik merupakan gambar yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah cerita. Nah, pada pameran Caraka #2 yang diadakan di Warung Kopi Dst, Kasihan, Bantul pada 9-23 Desember ini juga menampilkan karya komik.
Ada tiga anak SD dan satu anak TA Sanggar Anak Alam (Salam) yang membuat komik dengan dimentori oleh seniman mural idola Salam, Yoelexz Diposentono. Keempat anak tersebut adalah Darrel, Guntur, Banyu, dan Jalu.
Menurut Yoelexz, tantangan utama dalam mementori keempat anak ini terletak pada pengenalan skala, karakter yang dibuat komik, dan alur cerita. Karena biasanya anak-anak menggambar di kertas dengan ukuran yang kecil. Nah, karena ini medianya seng dan kanvas ukuran sedang, makanya dikenalkan skala dalam menggambar.
Pendekatan antara siswa SD dan TA juga beda. Bagi yang SD mengarahkan pada tema dan karakter. Sedangkan untuk yang TA harus mengalir sesuai kesukaan anak tersebut. Tantangan justru berat saat mendampingi siswa SD.
”Karena saya juga menuntut agar karya anak ini bisa lebih maksimal. Jadi merasa beratnya karena dia sudah SD, makanya harus mengarahkan ke teknik gambarnya,” jelasnya.
Menurutnya, teknik dasar yang diajarkan dalam pembuatan komik adalah karakter tokoh yang dibentuk si anak. Kemudian yang kedua adalah cerita, mau dibawa kemana alur cerita ini.
”Dari lima pertemuan, justru yang kami bicarakan lebih ke tema apa yang dibuat oleh mereka. Termasuk ceritanya nanti akan seperti apa,” jelas Yoelexz yang ditemui di bawah pohon nangka sembari menyeruput segelas kopi ini.
Menariknya, dari tema dan cerita yang diangkat anak-anak dalam komik ini tak sekadar imajinasi saja. Tapi juga curahan hati (curhat) si anak terhadap teman-temannya. Ada yang membuat tema tentang perang, ada juga tentang teman dan persahabatan.
”Misalnya saja Darrel, dia lebih banyak mengangkat cerita yang berisi pesan untuk teman-temannya. Jadi teman itu harus baik dan bisa bersyukur. Malah jadi semacam media mereka untuk curhat,” ungkapnya.
Nah, pada Caraka #2 ini mereka berkolaborasi membuat komik yang diaplikasikan dalam seng atau bisa dibilang mural komik. Untuk kolaborasi mural komik, menurut bapak satu anak ini, memang sengaja dibebaskan. Baik tokoh dan temanya. ”Macam strip. Tapi untuk yang karya masing-masing anak memang ada tema dan cerita tersendiri,” jelasnya. []
ORTU SALAM, Jurnalis
Leave a Reply