Blog

Nasibnya Ilmu Pengetahuan

Ilmu Pengetahuan boleh jadi merupakan tenaga terkuat yang pernah dilihat umat manusia. Sebegitu kuatnya hingga ia adalah bukan apa-apa dibanding dengan potensi yang dimilikinya. Dimasa mendatang, peramalan kita akan kebesaran dan kekuatan yang dimiliki ilmu pengetahuan ternyata merupakan usaha sia-sia yang sangat memilukan dan memalukan. Kekuatan dasyhat ilmu pengetahuan justru malah sangat membahayakan, khususnya bila digunakan oleh mahluk serakah, irasional dan kompulsif dengan penunjang peradaban yang tidak memadai seperti manusia. Hal itu sama saja seperti seekor monyet yang menemukan pistol yang berisikan peluru. Ilmu pengetahuanpun telah melalui perjalanan panjang. Ia harus berjalan menghadapi cobaan berat dari kekuatan-kekuatan berwatak jahat yang masih ingin mempertahankan sisa-sisa kekuatan dan kehormatan mereka. Seperti anak jenius yang aneh, ia dikucilkan oleh yang lainnya bahkan didiskriminasi dan diolok. Tapi kita semua tahu bahwa dialah yang pada akhirnya justru menjadi pemenangnya.

Segala macam bentuk usaha manusia selalu didasarkan pada tujuan, tapi tujuan dan jalannya menuju tujuan tersebut selalu dipilih berdasarkan nilai dan keyakinan yang dimiliki. Perwujudan terhadap apa yang hendak dicapai yakni pendorong dari seluruh usaha sehingga tujuannya-pun merupakan nilai yang dianut oleh mereka. Nilai adalah hal yang sangat penting bagi manusia, karena nilai sesuatu hal yang memberi makna terhadap kehidupan yang dimiliki manusia, nilai adalah jiwa yang memberi perasaan kepada manusia—bahwa  dialah seorang manusia, nilai adalah esensi dari keberadaan manusia sendiri. Sehingga dalam segala macam upaya apapun jangan pernah kita kehilangan nilai, jangan pernah kita kehilangan jiwa tujuan manusia, jangan pernah kita hilang manusianya sendiri.

Ilmu pengetahuan dimulai dengan penuh sarat nilai, dengan penuh sarat tujuan yang amat mulia. Ia adalah perjuangan terhadap kebohongan, perjuangan terhadap pembebasan dari belenggu kebodohan dan ketidaktahuan, keacuhan dan kebohongan yang semuanya merupakan kejahatan akan hati nurani manusia sendiri. Dan ia harus melalui perjuangan yang amat berat, pengorbanan terhadap ribuan jiwa manusia, jiwa-jiwa yang ihlas berkorban demi keyakinan mereka, menghadapi ribuan jiwa yang melawan juga untuk keyakinan mereka. Memang semuanya tidak segampang hitam putih, yang pasti dunia modern menganggap mereka yang berkoban demi ilmu pengetahuan sebagai pahlawan sementara mereka yang berjuang mengkritisi malah mendapat label sebagai penjahat.  Jika perjalanan sejarah berkebalikan dengan sekarang sudah tentu anggapan di atas juga akan berbalik pula. Yang pasti ilmu pengetahuan waktu itu berjuang melawan kekuasaan lama yang sudah tua, sudah waktunya minggat. Toh tidak ada yang kekal kecuali Gusti diatas sana! Dan tentu wajar saja kekuatan tua itu melawan dan mempertahankan diri dalam keadaan menghadapi ajal sekalipun.

Setiap sistem terkandung nilai dan kepercayaan tersendiri. Semuanya boleh-boleh saja dan memang dibutuhkan agar sistem itu dapat berjalan seoptimal mungkin. Tapi jangan pernah lupa bahwa ada tujuan utama manusia yang paling luhur dengan nilai yang luhur pula, sebuah nilai universal yaitu nilai kemanusiaan, nilai yang menjadikan kita manusia. Adalah nilai tersebut dengan tujuannnya keseluruhan dari usaha manusia dituju. Adalah nilai itu dan tujuannya yang menjadi pencetus seluruh keyakinan yang muncul baik dimasa lampau, sekarang ini ataupun masa depan. Masalahnya dengan sistem yang memiliki tata nilai sendiri seperti yang telah berulang-ulang kali terjadi dalam sejarah, yaitu bahwa nilai-nilai sempit sistem itulah yang menggantikan nilai luhur manusia sehingga tujuannya pun menjadi tujuan egois sistem itu sendiri. Bagai sistem tersebut akhirnya hidup dan sadar bahwa ia mempunyai keinginan sendiri sehingga mengeksploitasi bahkan memperbudak manusia yang merupakan pembuatnya untuk mencapai tujuan-tujuan egoisnya sendiri. Ketika saat itu manusia akan mulai sadar akan hal ini dan mencoba menggantikan sistem tersebut oleh sistem baru yang menawarkan pengembalian kembali kejalan semula, yang pada akhirnya sistem baru itupun akan salah alur lagi sehingga siklus akan berjalan di tempat. Sebuah siklus yang tampaknya tidak pernah henti. Bahaya terbesar suatu sistem adalah pendogmaan terhadap nilai-nilai sempit tiap keyakinan yang seharusnya bersifat sementara dan elastis bahkan plastis terhadap perkembangan jaman. Dan inilah yang sekarang terjadi pada ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan telah begitu jauh keluar dari jalur aslinya, sains telah kehilangan maknanya bagi manusia. Ia telah begitu menjauh sehingga manusia tidak merasa dekat dengan ilmu pengetahuannya sendiri, sehingga kegunaannya telah hilang dan daya pikatnya mulai luntur, mengendur dengan tajam. Ilmu pengetahuan sekarang tidak pernah memberi manfaat terhadap manusia, ia pun tidak pernah memberi jawaban kepada penciptanya, hanyalah alasan ataupun menggantikan arah pembahasan yang sama-sama hampanya. Ilmu pengetahuan adalah kekuatan yang amat sangat dasyhat sehingga untuk bermain-main tanpa tujuan tampak berbahaya. Ditambah ilmu pengetahuan kini justru digunakan oleh sistem-sistem yang lebih rakus dan jahat dengan tujuan picik mereka. Sistem-sistem seperti politik dan ekonomi yang berhasil menguasai jalan dan arah perkembangan. Seperti politik yang dengan anaknya, yaitu sistem militer, telah mengarahkan ilmu pengetahuan pada pengembangan senjata-senjata pemusnah massal yang amat berbahaya. Politik adalah sistem irasional dengan variabel-variabel yang kompleks dan sulit dimengerti oleh manusia sehingga sangat sulit ditebak. Adalah kebodohan total memberikan sistem yang tak dapat dipercaya tersebut dengan kekuatan maha dasyat, dan dengannya sekarang mempunyai kemampuan meratakan semua hasil usaha dan peradaban manusia dalam waktu lima jam. Adapula ekonomi juga merupakan sistem irasional yang bertujuan meningkatkan produksi dan daya konsumsi manusia kedalam tingkatan yang tak terbatas. Yang lebih mengerikan adalah penggunaan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan produksi dengan kecepatan yang menakjubkan dengan tujuan yang jelas sangat tidak masuk akal. Khususnya dalam keterbatasan sumberdaya alam ataupun kemampuan planet bumi untuk menampung beban seperti itu—ataupun penggunaan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan daya konsumsi masyarakat. Menjejali mereka dengan ilusi-ilusi kebahagiaan hidup yang merupakan kebohongan belaka. Dengan kemampuannya menciptakan dunia virtual yang begitu menawan dan romantis sehingga manusia yang memang tertekan rasa kerinduannya akan kesederhanaan hidup akan dengan senang menggantikan kehidupan asli mereka dengan ilusi belaka yang tidak bermanfaat. Menjejali mereka dengan nilai-nilai keliru yang bertujuan meningkatkan omzet dan keuntungan, meningkatkan ketidak-masuk-akalan. Memang benar-benar zaman edan!

Politik dan Ekonomi berkolaborasi dengan menggunakan ilmu pengetahuan untuk mencapai tujuan gila, dengan nilai gila mereka menghancurkan tujuan mulia dan nilai mulia kemanusiaan. Jelas-jelas adalah waktunya manusia bangkit melawan kekuatan-kekuatan di atas serta mencoba mengarahkan nasibnya ke jalur yang lebih menjanjikan pemenuhan tujuannya. Adalah waktunya manusia memikir ulang paradigma politik, ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan bahkan kebudayaan sendiri, menemukan permasalahannya dan mengganti dan mengubahnya agar cocok dengan keinginannya. Tapi tidak untuk digantikan oleh mesin lain yang berpotensial menguasai manusia lagi dan mengamcamnya dengan kehancuran lagi. Yang harus dipastikan adalah penetapan dinamisme yang sehat dengan diiringi perubahan nilai-nilai operasional sempit agar mengakomodasi perubahan waktu dimana semuanya berada di bawah naungan nilai universal dengan tujuan mulianya.

20160307-abi-02

Jurang pemisah ilmu pengetahuan terhadap manusia dapat dilihat oleh obsesinya mensekulerkan segala hal. Ia mengkotak-kotakkan semua, menjadikannya benda obyek yang dapat dijelaskan secara obyektif pula. Ia melanggar kesucian segala hal sehingga menjadikannya profan, menjadikannya tidak suci dan tidak bermakna, karena manusia adalah mahluk yang sangat subyektif yang membutuhkan arti dalam banyak benda-benda disekelilingnya untuk membuat hidupnya berarti. Tapi obsesi sains sangat kuat bagaikan dogma yang sulit dibunuh. Tapi ketika sains telah menjelaskan apa itu cinta, apa itu emosi, apa itu prinsip maka ketahuan bahwa yang ditawarkannya hanyalah ilusi belaka yang tak bermanfaat, tak bermakna dan membuktikan dirinya sebagai kesalahan. Karena dalam usahanya menghilangkan kesubyektifitasan ia telah kehilangan kontak dengan manusia. Ia tidak mengerti bahwa manusia tidaklah obyektif tetapi sangat subyektif, dan bahwa kesubyektifitasan manusialah pemberi makna akan kehidupan manusia, kesubyektifitasanlah nilai luhur manusia. Dalam hal ini ilmu pengetahuan sangat kalah dengan seni yang berhasil menampilkan individu sebagai temanya. Tapi keobyektifitasan ilmu pengetahuan sendiri telah menjadi keobyektifitasannya, bahwa dalam usahanya mencapai obyektifitas sempurna, ia telah menolak segala macam perspektif lain yang dianggapnya subyektif. Yang tidak dilihatnya adalah bahwa keobyektifitasan sains adalah hanya salah satu dari perspektif yang tersedia untuk melihatnya, adalah bahwa ilmu pengetahuan telah dalam mempertahankan satu obyektifitas hilang akan keobyektifitasannya, karena ia telah menjadi sangat subyektif. Ilmu pengetahuan tidak mengakui kebenaran pendapat lain yang melalui perspektif yang berbeda dengan perspektif ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan hadir untuk membebaskan manusia dari belenggu gereja yang sangat represif terhadap pengemukakan pendapat yang tidak sejalan dengan perspektif gereja. Ilmu pengetahuan menentang kepicikan pandangan gereja, ia juga menentang penggunaan kekerasan oleh gereja demi memuaskan pandangan mereka yang dangkal. Harus diingat ilmu pengetahuan sesungguhnya bukanlah melawan sebuah agama melainkan menentang sebuah struktur kekuasaan yang memihak pada golongan elit, yang dalam hal ini para pendeta dan paus beserta bangsawan-bangsawan yang telah menjadi sekutu mereka. Para ilmuan tidak dibunuh dan disiksa karena mereka menentang keinginan Tuhan ataupun kebaikan umat manusia, mereka dibunuh karena mereka mengancam validitas hegemoni gereja beserta pendeta-pendetanya untuk menjadi penguasa dan memiliki kekuasaan besar. Persekusi terhadap para ilmuan dan orang-orang lain yang berani menetang gereja adalah keseluruhan dari hadirnya gerakan pembebasan dari belenggu manusia oleh orang Barat. Pergerakan inilah yang akan menjadikan Barat peradaban terkuat dan yang paling berpengaruh didunia selama beberapa abad ini. Tapi dalam perjalannya ilmu pengetahuan telah tumbuh begitu kuatnya sehingga hegemoninya telah mencakupi segala sisi dari manusia modern. Bahayanya terletak dari pendogmaan nilai-nilai ilmu pengetahuan itu sendiri. Dan ini sudah terjadi, bukankah ilmu pengetahuan telah terstruktur sedemikian rupa sehingga ia telah mempunyai arogansi untuk menyatakan dirinya sebagai satu-satunya yang berhak dalam menyatakan kebenaran, sama seperti yang diaku oleh para pendeta dan paus jaman pertengahan. Ilmu pengetahuan telah membentuk gereja baru dimana hanya segelintir orang saja yang berhak untuk mendapatkan dan mengeluarkan kebenaran, sementara semua pernyataan yang tidak datang dari “gereja” ilmu pengetahuan adalah kebohongan dan ketololan belaka. Ilmu pengetahuan telah menggantikan gereja (agama) tetapi dengan memiliki kesempitan yang sama. Sekarang cara persekusi “gereja” ilmu pengetahuan tidaklah melalui pengadilan untuk menyiksa dan membunuh orang-orang yang tidak konform, yang tidak nurut, tetapi melalui sebuah sistem yang diatur sedemikian rupa sehingga ide-ide dan rencana orang-orang “pembangkang” ini tidak akan pernah didengar ataupun disetujui, baik melalui media massa yang terlalu bias terhadap keampuhan dan kesucian dogma-dogma ilmu pengetahuan maupun masyarakat yang terhipnotis dan terlalai oleh keagungan yang dipertunjukan ilmu pengetahuan sehingga mereka mempunyai semacam “pendapat umum” dan “akal sehat” yang bertujuan menangkis segala macam bentuk pelanggaran tersebut. Ilmu pengetahuan harus diubah jika nasibnya tidak akan sama seperti gereja abad pertengahan, karena ilmu pengetahuan adalah kekuatan yang bisa sangat bermanfaat bagi manusia jika digunakan dengan cara yang bijaksana. Ilmu pengetahuan juga harus melepaskan diri dari sistem-sistem yang hanya akan merugikan manusia pada jangka panjang.

Walhasil ilmu pengetahuan tidak pernah memberikan jawaban untuk manusia. Viagra bukanlah jawaban, pestisida bukanlah jawaban, apalagi rekayasa genetika dsb. Sebegitu banyak yang telah dia hasilkan, tetapi sebegitu banyak yang tidak bermutu, bahkan banyak yang berbahaya. Kehampaan makna bisa jadi merupakan penyebab kehancuran ilmu pengetahuan dimasa mendatang. Tapi bukanlah ilmu pengetahuan yang bersalah, ia tetap merupakan kekuatan yang jika digunakan secara masuk akal akan sangat berguna bagi perwujuda cita-cita manusia, yang mungkin pada akhirnya hanyalah sesederhana pencarian kebahagiaan sejati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *