Ulang tahun selalu menjadi momen yang membahagiakan bagi setiap orang. Begitu pula ketika ulang tahun Indonesia hadir, momen untuk mengingat kemerdekaan bangsa dari para penjajah kala itu. Merdeka dari bangsa asing yang memecah persatuan bangsa, hingga mengiris hati Ibu Pertiwi. Tujuh puluh tiga tahun sudah bangsa ini merdeka, membuat seluruh lapisan masyarakat Indonesia berbahagia pula, termasuk kami di sini. Di rumah kecil kami, Sanggar Anak Alam (SALAM) kami turut berbahagia merayakan kemerdekaan Indonesia tercinta.
DARI JATUH, AKU PAHAM HARUS BANGKIT DAN BERUSAHA
Kebahagiaan kami rayakan dengan menyelenggarakan dan mengikuti lomba sedari hari Senin tanggal 12 Agustus hingga hari Jumat 17 Agustus untuk menyambut kemerdekaan. Seluruh teman-teman mengikuti lomba yang ada, mulai dari fasilitator, teman-teman usia Taman Kanak-Kanak (TK) smapai Sekolah Menengah Atas (SMA), serta para orang tua juga ikut bergabung berbagi tawa.
Banyaknya lomba yang ada tentu saja tidak dapat disebutkan satu persatu melalui tulisan ini, namun ada satu mata lomba yang sangat khas dengan perayaan hari kemerdekaan kita, yakni tarik tambang. Tali tambang sepanjang dua meter dan kasar itu justru menjadi daya tarik bagi teman-teman. Beramai-ramai mereka menarik tali itu untuk memenangkan pertandingan. Tentu saja permainan ini diawasi oleh dua teman yang menjadi wasit untuk melihat ada peserta yang curang atau tidak dan melihat kelompok mana yang menang terlebih dahulu. Mereka berusaha keras untuk menarik tali agar menang, hingga ada yang terjatuh dan tak sedikit pula yang tangannya terluka.
“Luka ya tidak apa-apa, kalau menang kan lukanya jadi tidak terasa”, Tato (9). Begitu ujar Tato, siswa kelas 4 SD SALAM. Perlombaan ini justru menjadi media belajar bagi teman-teman di SALAM. Mereka paham bahwa untuk menang harus butuh pengorbanan, ada pula yang sampai terjatuh saat lomba berlangsung dan ia langsung bangkin untuk melanjutkan menarik tali tambang itu. Mereka paham bahwa kemenangan tidaklah mudah untuk didapatkan, sehingga mereka dapat menghargai setiap proses yang ada. Dari jatuh, aku paham harus bangkit dan berusaha untuk memeroleh kemenangan dan hasil yang memuaskan. Ya, kami memang menjadikan setiap momen untuk jadi sarana belajar kami.
TANDA SYUKUR KAMI
Tepat pada tujuh belas Agustus, yakni hari kemerdekaan kita dimulai dari tujuh puluh tiga tahun silam, kami mengadakan upacara bendera di rumah kecil kami. Upacara dimulai dari pukul delapan pagi, setelahnya kami menuntaskan lomba yang masih tersisa dan mengumumkan para pemenang. Pada hari yang sama pula, tak lupa kami merayakan kemerdekaan dengan berdoa dan memotong tumpeng yang sudah dipersiapkan. Tumpeng adalah nasi kuning yang dibentuk kerucut ke atas, serta lengkap dengan lauk-pauk. Tumpeng kami tidak biasa, karena kami menyertakan replika bendera merah putih di atasnya. Ya, bendera negara kita. Kami sertakan karena kami sekaligus bersyukur sudah diberi kenyamanan, terlepas dari perang. Kami semua di sini memang hadir dari latar belakang yang berbeda, tapi kami sadar bahwa kami adalah satu. Satu Indonesia.
Patricia Liana Cahyaningtyas, Mahasiswi Atma Jaya yang sedang KKN di SALAM
Mahasiswi Komunikasi Universitas Atmajaya
Leave a Reply