Motivator adalah “anak kandung” dari cara pandang (paradigma) pendidikan liberal yang menganggap bahwa problematika manusia bersumber dari rendahnya motivasi pada seseorang—tak pernah melihat bahwa sumbernya masalah ada di aturan (regulasi), atau bahkan ada di ekosistem kehidupannya. Maka dibutuhkan peran-peran motivator untuk membakar motivasi, dalam rangka untuk mencapai keberhasilan. Cara pandang ini dikenal melahirkan kesadaran naif (naif consciousness)—kesadaran yang tak ada kaitan dengan sebab akibat. Maka kini mulai marak motivator sebagai provesi & banyak digelar bisnis motivator. Berikut ini menarik disimak terjemahan bebas Bambang Wisudo. ***
Keadaan dalam masyarakat yang serba tidak menentu, tekanan dalam rumah tangga, sering membuat anak terasing dan terombang-ambing. Situasi ini tidak jarang menjadikan seorang anak hilang, tersesat, atau bahkan menjadi musuh bagi dirinya sendiri. Dalam situasi seperti itu, anak dipastikan akan kehilangan gairah belajar dan kehilangan semangat belajar, bahkan sekadar untuk bergerak.
Di sini tantangan seorang pendidik. Tugas pertama-tama bagi seorang pendidik adalah mengantarkan anak untuk menemukan dirinya sendiri, mengenali kelebihan dan kekurangannya, dan bergairah mengembangkan potensi yang dimilikinya. Tugas seorang guru terutama bukanlah menstrasfer ilmu pengetahuan atau menyampaikan mata pelajaran. Seorang pendidik mesti siap untuk menjadi motivator. Dan untuk menjadi motivator handal, Anda tidak perlu menjadi Mario Teguh.
Literasi kritis dapat dipergunakan sebagai alat yang mumpuni untuk menjadikan Anda seorang motivator. Dalam literasi kritis, kita menggunakan teks sebagai materi belajar. Teks bisa berupa cerita, puisi, video klip lagu, film, dan lain-lainnya. Intinya, anak diajak bersama-sama menikmati dan mencerna teks, mendiskusikannya secara kritis, mengaitkan teks dengan pengalaman invididu maupun dengan realitas sosial yang cenderung tidak adil.
KIsah Nick Vujicic, pria asal Australia yang lahir cacat, tanpa tangan dan kaki, dapat membantu Anda untuk menjadi motivator. Berkali-kali ia putus asa dan pada umur 10 tahun pernah mencoba bunuh diri. Dalam perjalanan waktu, Nick akhirnya dapat berdamai dengan dirinya sendiri. Ia kemudian tumbuh menjadi seorang motivator yang mendunia. Dari tubuhnya yang cacat, ia menginspirasi jutaan anak muda.
Ada beberapa sumber yang bisa kita pergunakan sebagai bahan diskusi dengan anak-anak. Pertama, berita pendek BBC berjudul “The man who leads with no limbs”. Kedua, video dokumenter tentang Nick dari yang pendek hingga yang panjang. Beberapa di antaranya bahkan telah diberi teks berbahasa Indonesia. Ketiga, Anda juga dapat melengkapinya video musik Nick berjudul “Something More”. Semua media belajar ini bisa Anda unduh dari internet.
Ajaklah anak-anak menonton dan membaca kisah Nick, mendiskusikannya secara reflektif, dan menuliskan responnya dalam tulisan pendek 150 kata. Langkah kecil ini akan sangat berarti bagi kehidupan murid-murid Anda dan akan memperkenalkan Anda dalam keajaiban literasi kritis. []
http://www.bbc.com/cap…/story/20150318-leading-without-limbs)
https://www.youtube.com/watch?v=GrV_ZvwZRvw
Eks. Wartawan Harian Kompas. Direktur Sekolah Tanpa Batas.
Leave a Reply