Blog

Mencari Jawaban pada Tantangan Zaman

Kemarin, dalam sebuah obrolan yang penuh nostalgia dengan salah satu dosen dari jurusan tempat saya kuliah pada akhir tahun 80-an, saya mencoba mengeksplorasi teka-teki yang selama ini saya alami di lingkungan kerja. Saya juga ingin mengetahui jawaban terhadap misteri gejala pragmatisme dan perubahan yang semakin memudarnya semangat totalitas dalam bekerja, yang dahulu menjadi suri tauladan bagi para senior founding parents di tempat saya bekerja. Keberuntungan menyertai saya ketika ada mantan teman kost yang saat ini aktif dalam menginkubasi start-up juga bergabung dalam diskusi ini.

Resep untuk mempertahankan semangat totalitas dalam bekerja—bersama-sama, kami menyimpulkan dua hal sederhana yang dapat membantu mempertahankan semangat totalitas dalam bekerja. Pertama, kami menganggap bahwa rekruitmen harus sangat ketat, sehingga hanya individu yang benar-benar kompeten yang dapat bergabung dalam tim. Kedua, menjaga ekosistem terkecil dalam lingkungan kerja dengan ketat sesuai dengan standar semangat totalitas dalam bekerja.

Pengalaman ekosistem totalitas pada masa Lalu—saya berbagi kepada dosen jurusan waktu itu bahwa saya sangat bangga dengan pengalaman belajar di sana karena ekosistem yang dibangun sangat mendalam saat itu. Semua dosen disiplin hingga mereka harus mengenakan seragam laboratorium khusus saat berada di jurusan. Semua orang bekerja dengan dedikasi penuh, sibuk mengejar pencapaian sesuai dengan tantangan di bidang ilmunya. Tidak pernah ada kisah keterlambatan kelas atau kekosongan. Mahasiswa selalu diberikan pelayanan yang sangat baik dalam hal ilmu, dengan mata kuliah seminar yang memaksa kami untuk selalu mengikuti perkembangan terbaru dalam bidang ilmu yang kami minati. Setiap proposal riset melalui proses yang sangat sistematis, dan setiap mahasiswa harus memahami dengan jelas apa yang akan mereka lakukan. Kami belajar bahwa riset di laboratorium, yang sering memakan waktu hampir satu tahun, adalah komitmen yang harus ditepati. Teman-teman sejawat di laboratorium juga berperan sebagai mata-mata, memastikan bahwa setiap individu serius dalam pekerjaannya. Rasanya seperti kita semua ingin menjadi “setan lab.”

Dalam suasana ini, ada interaksi manusia yang sangat mendalam. Saya tidak pernah melihat sesuatu yang tidak penting atau mendengar tawa-tawa yang tidak relevan. Beberapa kali, ada sesi diskusi mahasiswa dengan dosen dan alumni, dan kami mendapat pemahaman bahwa kesuksesan dalam profesi adalah hasil dari perjalanan yang linear, tidak ada jalan pintas, dan semua lompatan harus didasarkan pada pondasi yang kuat. Ini adalah pesan dari “man jadda wa jadda,” bahwa yang tekun pasti akan berhasil.

Saya merenung tentang perjalanan waktu dan bagaimana banyak hal telah berubah, termasuk institusi, orientasi, dan ekspektasi yang telah menggerus semangat “man jadda wa jadda” dalam dunia kerja, bahkan di lingkungan kampus. Saya bertanya kepada dosen jurusan apakah semangat totalitas seperti yang saya alami dahulu dan rekruitmen yang sangat ketat terhadap mahasiswa baru masih dapat dipertahankan. Dosen tersebut menjawab dengan tegas: “Masih.”

Merujuk pada berbagai opini tentang perbaikan sistem, saya akhirnya menyimpulkan bahwa yang paling penting adalah membangun dan mempertahankan semangat kerja dalam ekosistem terkecil kita. Prinsip rekruitmen seperti yang diterapkan oleh Lee Kwan Yew, “merekrut tiga orang yang dapat kita percayai dan setiap dari mereka harus mampu merekrut lima orang dengan standar rekruitmen yang sama,” adalah kunci kesuksesan. Dengan menjaga standar kerja yang ketat sepanjang waktu, di semua sektor, Singapura, sebuah negara kecil yang awalnya tidak memiliki apa-apa, akhirnya menjadi salah satu negara paling maju di dunia.

Semangat totalitas dalam bekerja adalah aset berharga yang harus dipertahankan. Meskipun dunia terus berubah, prinsip-prinsip rekruitmen ketat dan perhatian terhadap ekosistem terkecil dalam lingkungan kerja tetap relevan. Seperti yang telah saya alami di masa lalu dan yang diterapkan dalam berbagai konteks, semangat kerja yang kuat adalah kunci menuju kesuksesan yang berkelanjutan.[]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *