Kita sudah di lembar terakhir kawan. Begitu sebuah caption foto akun @_elnzz di Instagram milik Elang Sakti Wiwardana. Elang merupakan siswa kelas 6 SD Sanggar Anak Alam yang sudah purna. Dia sudah menyelesaikan enam tahun masa belajarnya di sekolah dasar dan akan memasuki jenjang kehidupan baru di sekolah menengah pertama.
Caption yang diunggahnya, bagi saya, sangat sentimental. Betapa tidak, dari 16 teman di kelasnya hanya enam orang yang melanjutkan bersekolah di Salam. Tentu, baginya ini merupakan momen yang mungkin akan sulit dilupakannya. Momen untuk berpisah dari teman-temannya yang melanjutkan ke sekolah lain.
Harapan untuk melanjutkan permainan jek-jekan bareng teman-teman di kelas 6 dulu saat berada di bangku SMP mungkin sirna sudah. Meski begitu, saya yakin, dia pasti bisa melewati masa-masa perpisahan ini dengan baik. Sebab, Salam merupakan sebuah rumah. Sebuah tempat untuk penghuninya pulang sekadar menengok kamar yang dulu ditinggalinya, sekadar melihat halaman tempat dulu penghuninya bermain-main dan tertawa terbahak-bahak, mungkin juga menangis tersedan karena berkonflik dengan sesama penghuni rumah.
Itulah Salam yang tidak akan melupakan satu per satu warganya. Kesempatan untuk reuni akan selalu terbuka lebar. Sebab, setiap kali ada kegiatan di Salam semua warganya, baik yang masih bergabung di sekolah maupun yang sudah alumni pasti akan diundang. Jadi tenang saja Elang, kesempatan untuk jek-jekan pasti masih terbuka lebar. Hehe.
Caption yang diunggah Elang mungkin euphoria acara Pelepasan Siswa KB, TA, SD, dan SMP Salam yang diadakan Sabtu, 2 Juni 2018. Acara pelepasan siswa itu dilanjutkan buka bersama di sekolah. Orang tua Salam bersama anak-anaknya berbondong-bondong datang sembari membawa makanan, biasa kami sebut Potluck-an, di mana masing-masing orang tua membawa makanan dari rumah untuk dikumpulkan menjadi satu dan dinikmati bersama-sama.
Acara kemarin diisi dengan testimoni orang tua Salam tentang proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Tak hanya orang tua, testimoni juga disampaikan oleh siswa yang sudah lulus. Sore yang kian syahdu makin menjadi ketika dua orang tua Salam berkolaborasi dengan pelatih musik Salam, Pak Wawan membacakan puisi Seonggok Jagung karya WS Rendra diiringi lagu yang dibunyikan oleh Mbak Cipi Prasetya. Makin indah, Bu Yuli Dilan pun meliuk-liukkan tubuhnya membawakan sebuah tarian yang menjadi representasi puisi yang dibawakan Pak Wawan. Ahh indahnya.
Kemudian performance dilanjutkan dengan persembahan drama dari siswa Kelas 6, band dari siswa SMP, dan pemutaran film documenter Slice of Life.
Dan, diakhir acara ada satu pertunjukan yang bisa dikatakan membawa keseruan dan keceriaan di Salam makin membuncah. Pertunjukan modern dance Dara Jelita yang merupakan kumpulan ibu-ibu, orang tua Salam, yang antara rasa percaya diri dan urat malunya putus hanya tersekati selembar kertas tipis.
Mereka tampil dengan dandanan ala 80an lengkap dengan aksesori dan celana warna-warni yang memikat hati. Sejurus kemudian, lagu Gadisku yang dipopulerkan oleh Trio Libels terdengar dan mulailah mereka menari dengan gemulai. Hingga diakhir pementasan terdengar suara riuh “lagi,,,,lagii,,, lagiiiiii, lagiiiiiii” dari anak-anak dan penonton dewasa yang menginginkan mereka tampil lagi. Yah, karena Dara Jelita tak ingin mengecewakan penonton, mereka tampil sekali lagi dengan gerakan yang semakin semangat. Tawa pun semakin keras dan kebahagiaan pun menutup acara pelepasan siswa kemarin. Ahh bahagianya, saya termasuk dalam bagian orang tua yang antara percaya diri dan urat malunya putus hanya tersekati selembar kertastipis itu, bahagianya saya yang termasuk dalam keriuhan itu. []
ORTU SALAM, Jurnalis
Leave a Reply