Blog

Ketika Seni Bukan Lagi Tentang Menguji Diri, CARAKA#2

Membebaskan dan mengkolaborasikan. Begitulah konsep yang diangkat Rudy Sulistyo sebagai mentor, bersama keenam anak SALAM dalam karya kolaborasi grafiti untuk Caraka#2: Tut Wuri Handayani. Bagi Rudet, begitu seniman grafiti ini kerap disapa, ini adalah kali pertamanya berkolaborasi bersama anak-anak. “Saya tidak punya konsep muluk-muluk kok, mbak. Besok saya lihat saja hasil sketsa anak-anak, lalu berikutnya saya coba gabungkan elemen-elemen karya mereka dengan teknik aplikasi yang kita ulik bersama,” begitu ujarnya dalam wawancara seusai sesi mentoring perdana, Selasa, 4 Desember 2018.

Owi, Oki, Atan, Ranu, Bilal dan Bayu

Bagi pria kelahiran 22 Februari ini, kegiatan kolaborasi kreatif semacam ini telah menjadi minatnya sejak menggagas ‘Triangle Movement’ yang berpusat di tiga kota: Jogja, Solo dan Semarang. Berawal dari ide seorang kawan untuk mengadakan jamming, Rudet menantang kawan-kawannya untuk menggodog lebih serius ide tersebut menjadi sebuah event pameran. Maka dari komunitas itulah lahir event Surface Prayer’, yang telah terselenggara di Muara Market (Solo), dan Papan Kitchen & coworking (Semarang).

Sementara bagi keenam anak SALAM, Oki, Oi, Bayu, Athan, Ranu dan Bilal, kegiatan kolaborasi grafiti ini rupanya sangat dinanti. Terutama bagi Oki, Oi dan Bayu. Rupanya keingintahuan mereka terhadap seluk beluk grafiti telah hinggap sejak ketiga siswa kelas 6 SD ini duduk di bangku kelas 4 SD. “Mas, aku udah nggak sabar pengen cepet hari Kamis,” ujar anak-anak ini pada sesi mentoring perdana. Rudet memang sengaja mengagendakan sesi pertama khusus untuk membuat sketsa. Sementara mentoring teknis tentang pengenalan alat dan bahan baru akan digelar di pertemuan berikutnya, Kamis, 6 Desember 2018 mendatang. Kerja kolaborasi grafiti akan terus berlangsung hingga beberapa sesi, dan memuncak menjadi live perform dalam rangkaian acara pembukaan Caraka#2, Minggu, 9 Desember 2018.

Meskipun belum pernah bersentuhan dengan SALAM, namun pria yang juga mahir membuat tato ini mengaku senang terlibat dalam kerja kolaboratif seni yang menjadi gagasan utama dalam Caraka#2 ini. “Dulu aku senang mengejar diri sendiri, mbak. Ngejar sejauh apa kemampuanku sebagai grafiti writer. Tapi makin kesini aku justru makin menghargai kerja bersama seperti ini. Belajar bersama. Bahkan dari anak-anak ini pun aku pasti akan belajar hal baru,” pungkas Rudet. Lebih jauh tentang seniman grafiti dengan nickname Rubso ini bisa diulik di akun instagramnya @rubseight. []

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *