Setiap kali saya mencicipi makanan gurih dan pedas, saya merasakan sentuhan keajaiban dari berbagai bahan senyawa alami yang membentuk cita rasa yang menggugah selera. Makanan seperti lasagna dengan kemangi dan oregano, kari berwarna keemasan yang menggoda dengan kunyit, nasi yang dipadukan dengan kunyit, dan kue snickerdoodle yang terasa manis dengan taburan kayu manis, semuanya merupakan bukti betapa luasnya alam ini dalam memberikan kelezatan. Bahkan, beberapa kenangan masa kecil favorit saya terkait erat dengan aroma pai ubi jalar.
Bahan-bahan ini berasal dari berbagai tanaman dan bagian-bagian berbeda dari tanaman tersebut, seperti daun, biji, kulit kayu, dan minyak tanaman. Cita rasa yang mereka hasilkan diciptakan oleh akumulasi fitokimia, zat-zat yang diproduksi oleh tanaman. Kata “fito” sendiri berasal dari bahasa Latin yang berarti “tanaman.”
Tumbuhan memiliki berbagai alasan untuk menghasilkan beragam senyawa kimia ini. “Pelajaran dari Tumbuhan,” beberapa senyawa tersebut untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, banyak senyawa ini, yang dikenal sebagai senyawa sekunder, juga berperan penting dalam melindungi tanaman dari hama atau patogen serta membantu tanaman beradaptasi dengan perubahan di sekitarnya. Yang lebih menarik lagi, sebagai rempah-rempah, senyawa-senyawa ini berkomunikasi dengan kuat ke indera perasa kita.
Bumbu dapur yang umum digunakan, seperti kemangi dan oregano, berasal dari bagian tanaman berdaun. Minyak aromatik esensial yang terkumpul di daun tanaman inilah yang memberikan rasa unik. Minyak kemangi, misalnya, mengandung eugenol dan linalool, sementara oregano mendapatkan rasa khasnya dari carvacrol dan timol. Tidak hanya memberikan rasa lezat, minyak-minyak ini juga memiliki kegunaan sebagai obat untuk mengatasi infeksi, rasa sakit, dan pembengkakan.
Bumbu-bumbu umum lainnya, seperti lada hitam dan cabai merah, berasal dari buah tanaman. Lada hitam, yang dihasilkan dari buah kecil yang dikenal sebagai merica, berasal dari tanaman Piper nigrum. Sementara itu, cabai merah, yang memberikan rasa pedas yang menyengat, diperoleh dari cabai kering yang digiling, buah kecil yang tumbuh di semak-semak rendah.
Bumbu kunyit, dengan warnanya yang cerah dan cita rasanya yang khas, berasal dari rimpang tanaman Curcuma longa. Rimpang ini, sering disalahartikan sebagai akar, sebenarnya lebih mirip batang yang tumbuh di bawah tanah dan membantu penyebaran tanaman. Rempah-rempah ini, yang merupakan saudara jahe, sering digunakan dalam berbagai masakan, termasuk kari.
Safron, salah satu rempah-rempah yang paling mahal di dunia, berasal dari benang sari berwarna merah yang ditemukan pada tanaman Crocus sativus. Benang sari adalah salah satu komponen bagian betina bunga, dan panen safron adalah tugas yang memerlukan banyak tenaga kerja, biasanya dilakukan dengan tangan menggunakan pinset. Safron mengandung antioksidan tinggi dan sering digunakan sebagai obat, pewarna, dan bahan parfum.
Kayu manis, yang digunakan dalam berbagai hidangan panggang, berasal dari kulit bagian dalam pohon dalam genus Cinnamomum. Fitokimia yang memberikan aroma khas dan rasa kayu manis yang kaya adalah senyawa aromatik cinnamaldehyde. Kayu manis kaya akan antioksidan dan memiliki sifat antijamur dan antimikroba alami yang dapat melindungi pohon yang menghasilkannya.
Pala kering, yang digunakan dalam pai dari biji pala yang digiling dari keluarga pohon cemara tropis Myristica fragrans. Tanaman ini juga menghasilkan rempah-rempah lain yang disebut fuli, yang sering digunakan untuk membumbui puding panggang dan sosis, serta daging lainnya.
Dalam segala keragaman ini, tanaman memberikan pelajaran berharga. Salah satu pelajaran paling kuat adalah bahwa keragaman adalah bumbu kehidupan itu sendiri. Saya bersyukur atas kelezatan kimiawi yang dihadirkan setiap kali saya memasak dan merasakannya. Itulah yang membuat makanan menjadi pengalaman yang luar biasa dan memuaskan. []
pendiri Sanggar Anak Alam
Leave a Reply