Beberapa waktu yang lalu, aku dan Tantra, teman sekelasku di kelas 11 SMA sekaligus pengurus Organisasi Anak SALAM (OAS) sedang berkunjung ke DST, kami mengobrol bersama Bu Gerna, fasilitator SMA SALAM. Awalnya aku ,entah bosan atau tidak puas dengan Pasar Ekspresi (PE) sebelumnya, merasa PE itu dibuat mengikuti template. Jadi saat itu aku ngide untuk mengadakan PE ini di luar SALAM. munculah opsi-opsi tempat, seperti DST, Sekolah Akar Rumput, dan banyak lagi. Tetapi setelah muncul opsi jadi bingung, jika kami mengadakan PE tidak di SALAM pasti akan sangat ribet dan banyak sekali masalah. Tapi aku tetap ingin mengadakan PE ke-18 ini di luar SALAM.
Setelah dari DST, kami menaiki Gunung Sempu. Di sana kami mengajak Sufi, alumni SMA Salam yang baru saja lulus, mengobrol tentang PE ini, karena dia punya ide untuk mengajak alumni untuk bergabung ke dalam panitia. Sebenarnya ide ini bukan berasal dari Sufi. Ide ini berasal dari Dacok, salah satu orang tua murid Salam. Yang aku ingat, alasan Dacok mengusulkan seperti ini karena Dacok ingin alumni ini membuat semacam FORSALAM (Forum Orang tua Salam) tetapi versi alumni, supaya alumni masih tetap terhubung dengan SALAM atau kalau bisa tak perlu ada kata ‘alumni’ untuk para alumni.
Melanjutkan obrolan kami, kami mulai mengatur panitianya, karena berarti kami harus membagi slot untuk alumni yang mau diajak bergabung. Tapi saat itu aku masih berpikir kalau ingin mengadakan PE di luar SALAM. Saat itu yang paling dekat opsinya adalah DST. Jikalau jadi ingin mengadakan PE di DST, kami juga harus membagi kepanitiaannya dengan karang taruna di wilayah setempat. Jadi saat itu aku dan Tantra bingung untuk membagi slot slotnya. karena ada Anak SALAM, Alumni SALAM, dan juga karang taruna yang ingin diajak ke dalam kepanitiaan, sedangkan biasanya kepanitiaannya PE hanya berjumlah 20-an orang. Oke saat itu sepertinya sudah bertemu titik terangnya 70% Anak SALAM 30% Alumni SALAM, (jika akhirnya PE berlangsung di SALAM.)
Beberapa waktu setelahnya kami (aku, Tantra, Devy, Sufi, Lekha, Cahya, dan Banyu) baru saja selesai rapat SERSI 3 di Petruk. Kami membahas apa yang aku, Tantra, dan Sufi sudah obrolkan dan sharing bersama yang lainnya. Mereka tidak setuju dengan ideku tentang mengadakan PE di luar SALAM. Yasudah akhirnya aku legowo aja, karena memang susah mengadakan di luar SALAM, apalagi harus membagi slot ke karang taruna ke dalam panitia juga kan.
Setelah kepastian lokasi penyelenggaraan PE muncul, aku mulai punya ide aneh-aneh nih. awalnya aku berfikir kalau panggung dan pasar dipisah, tetapi terlalu beresiko, dan kasihan juga yang berjaga lapak tidak bisa menikmati acara di panggung. Karena itulah aku ingin kalau panggung dan lapak besok berada di sawah depan SALAM, belakang toko pancing. dan seingatku Banyu dan Cahya setuju dengan hal itu. Setelah itu aku mampir ke rumah Mimi, salah satu orang tua Salam, dan aku sharing tentang obrolan tadi. Dari Mimi aku mendapat info ternyata sawah depan SALAM itu milik orang tua SALAM. semakin menjadi-jadi isi kepalaku, karena terlalu senang dengan info dari Mimi tersebut. Mimi pun setuju juga dengan hal itu.
Saat mendekati rapat perdana kepanitiaan PE, aku melihat list nama nama yang akan diajak bergabung ke dalam panitia. Dan akhirnya aku ngide lagi untuk membuat divisi baru. Multimedia. Dan sepertinya Tantra, yang pada PE#18 ini menjadi ketua panitia, setuju dan sedikit terpaksa saat dia mengiyakan ideku saat itu. Kenapa aku tiba-tiba berpikir untuk menambah divisi? Awalnya aku melihat nama Elang, alumni SMP Salam, dan Oscar, siswa SMA Salam, sebagai divisi Dokum. Setelah membaca nama Elang, aku baru ingat kalau Elang ini bergabung di divisi multimedia juga di sekolahnya. jadi akhirnya ada divisi baru yaitu multimedia.
Hari dimana rapat perdana pun datang. Saat itu aku sangat kesal dan kesal sekali karena ideku untuk memindahkan panggung yang biasanya di lapangan, mau dipindah ke sawah depan SALAM, gagal total terlaksana. Hari itu aku melihat di sawah depan SALAM sudah ada traktor sedang meratakan tanah. Ternyata sawah depan SALAM itu ingin dibuat kolam mancing. Hufft…
Aku memang sudah menduga kalau alumni yang diajak itu-itu saja. Jadi saat rapat pertama aku untungnya sudah kenal semua wajah-wajahnya. Saat rapat pertama banyak sekali ide-ide untuk menentukan tema besar PE#18. Dan akhirnya kami memilih tema besarnya adalah ‘Reuni’. Kenapa? Karena kami mengajak kembali alumni’alumni untuk bergabung ke dalam kepanitiaan. Pasti hawa reunian akan sangat kuat. Tujuan awal kenapa mau mengajak alumni bergabung ke dalam kepanitiaan kan juga karena ingin mereka membuat forum seperti FORSALAM.
Di hari yang sama,tim multimedia pun berkumpul untuk membahas video teaser yang akan kami buat untuk menyambut acara PE#18 ini. Formasi divisi multimedia kurang lebih seperti ini: Aku sebagai admin IG, Elang & Oscar sebagai kameraman, Ranu, siswa SMP Salam, sebagai editor, dan Banyu, siswa SMA Salam, sebagai desainer grafis. Sejujurnya aku tidak merasa terlalu berat menjadi admin IG, jadi aku ingin ikut membantu divisi humas, secara multimedia, dan humas juga saling berkaitan. Akhirnya saya bergabung di 2 divisi tersebut.
Tema Acara
Masih ingat dengan tema PE besok? temanya adalah ‘reuni’ tetapi kami belum memutuskan judul apa yang akan kami gunakan untuk PE besok. Akhirnya malam hari itu saat grup PE sedang ramai, aku ngeliatin akar di rumah eyangku dan berpikir kalau judul yang cocok adalah ‘Kembali Ke Akar’ karena, ibarat SALAM itu adalah akar, jadi mereka (alumni) akarnya dari SALAM dan aku ingin tanggal 4 Nov itu adalah hari di mana mereka (alumni) kembali ke SALAM atau ke akarnya. Panitia lainnya pun setuju dengan usulanku dan malam itu langsung Banyu dengan sat set membuat poster utama.
Hari di mana kami membuka pre order kaos dan tote bag untuk penggalangan dana, animo dari para pemesan sangat sedikit. Dari yang aku dengar, beberapa hari pertama hanya belasan. Saat Tantra denger itu mukanya terlihat mlotrok banget. Jadi aku berpikir kalau “update penjualan merchandise ini sangat sangat ngaruh ke semangat teman-teman panitia deh.” Lalu saat aku sedang scrolling instagram, aku menemukan postingan tentang penjualan baju, tapi contoh bajunya itu di try-on oleh model, jadi visualnya sangat menarik. Nah, hal ini membuatku kepikiran membuat photoshoot merchandise dengan model.
Awalnya aku bingung, gimana caranya mendapatkan kaos merch duluan. Jadi aku bagi tugas saat itu: aku membeli kaos polos, dan Banyu menyiapkan materiDTF dan memproduksi merch khusus untuk photoshoot. Masalah kaos sudah selesai, sekarang mencari model. Awalnya aku mikir yang gampang saja untuk dihubungi, yaitu Bintang dan Flo. tetapi Oscar bilang kalau modelnya bagus anak SD dan aku pun setuju. Aku segera mencari model untuk kebutuhan photoshoot. Akhirnya setelah menawari anak-anak SD, terpilihlah Awaloka dan Aleta. Kata Masayu, teman sekelasku yang pada kepanitiaan kali ini menjadi penanggungjawab penjualan merchandise, “Abis kemarin upload foto model itu allhamdulilah banyak yang pesan!” Ia mengatakan itu dengan sangat senang dan penuh semangat, aku pun ikut senang.
Salah satu ide yang muncul dalam kepanitiaan PE kali ini adalah untuk meminta anak anak tiap jenjang menyumbang satu karya. Namun, itu tidak jadi dan dialihkan menjadi sebuah pameran, dan, yah, akhirnya kami membuat pameran berjudul ‘Ruang Ekspresi’. Aku dan Ellen menjadi narahubung bagi siapa yang ingin memberikan karyanya, untuk dipajang dan dipamerkan. Saat itu ada saja halangannya. Tidak ada yang berminatlah, barangnya rusaklah, barangnya harus sangat hati-hatilah. Bukan halangan sih, lebih tepatnya tantangan, haha… Saat hari H juga pameran itu terlihat sepi dan tak ada pengunjung.
Saat hari H aku terlambat bangun. Jadi aku bangun tidur, mandi 2 menit, langsung berangkat. Sampai di Salam aku langsung update story untuk instagram @ekspresianaksalam. karena hp-ku android jadi sangat tidak keren untuk update story yang satset, jadi aku meminjam Elang saja, secara dia juga sibuk dengan kameranya kan haha… Aku juga iseng membuat tren kacamata yang bertuliskan PE#18 untukbesok aku upload ke instagram @ekspresianaksalam.
Menurutku PE kali ini pengunjungnya kurang ramai dan malah mirip SERSI. Setelah seperti ini aku berfikir, kalau PE dibikin jarang dan tidak berdekatan dengan event SALAM lainnya apakah akan sepi seperti ini? Saat hari H aku juga hanya update story aja sih, dan ini memang yang aku suka. Aku juga senang bisa membuat divisi baru walaupun tidak tahu di event berikutnya mau ada divisi multimedia lagi atau tidak. Karena sebelumnya Humas itu mengerjakan apa yang multimedia kerjakan, jadi humas bisa lebih santai. Dan kalau Anda berkunjung ke instagram @ekspresianaksalam, itulah yang divisi multimedia kerjakan selama ini ahaha…
Oh iya, aku juga sempat membuat band untuk PE kali ini. Nama band kami adalah ‘2019’. Aku mengajak Ayud, Getar, dan Dingga, teman-teman sekelasku saat SMP dulu, untuk membuat band. Saat giliran kami dipanggil MC untuk mulai naik ke panggung, aku sudah tidak lagi gugup malahan pecah banget. penonton juga pada surfing. Untung mereka tidak melakukan gerakan moshing ya haha… Aku dan kawan kawan band pun senang bisa memeriahkan acara PE kali ini. Sepertinya aku juga membantu mewujudkan mimpi Elang untuk bisa melakukan surfing. Surfing yang aku maksud adalah diangkat oleh orang, jadi seakan kamu terbawa ombak dan kamu surfing diatas air dan air itu kerumunan orang yang sedang menonton itu.
Kesimpulannya, apakah aku puas dengan PE kali ini? Tentu aku puas karena aku bisa menyuarakan ideku dan aku senang ideku bisa berguna.
Terimakasih Pasar Ekspresi #18 karena telah memberiku kesempatan belajar banyak hal.
Siswa SMA Eksperimental SALAM
Leave a Reply