Jumat, 13 Maret 2020, seperti biasanya, aku pulang ke Solo. Saat itu virus Corona sudah mulai merebak di Indonesia dan sudah tercatat sekitar 69 kasus. Saat itu orang-orang masih melakukan kegiatan mereka seperti biasa, dan belum terlalu memperhatikan kondisi mereka. Aku pun juga begitu, padahal aku tahu kalau virus itu telah masuk ke Indonesia. Tapi entah kenapa aku tidak takut. Malamnya aku mendengar kabar dari teman-temanku melalui WA, mereka saling bercerita dan membagikan story tentang sekolah mereka yang akhirnya diliburkan sampai 29 Maret 2020 karena adanya virus Corona. Aku lalu berpikir, kenapa sekolahku tidak diliburkan saja? Aku sempat khawatir untuk pulang ke Jogja naik bus pada hari Senin, jadi aku langsung menyuruh papaku untuk mengantarku besok Minggu. Tapi papa menyuruhku untuk melihat kondisi terlebih dahulu.
Minggu, 15 Maret 2020, aku baru mendapat konfirmasi dari sekolah, bahwa sekolahku juga diliburkan hingga 29 Maret. Pada hari itu aku masih memantau, jumlah kasus yang ada di Indonesia ternyata meningkat drastis dari 69 kasus menjadi 117 kasus. Sejak saat itu aku mulai menerapkan pada diriku sendiri untuk lebih menjaga kebersihan, seperti rajin mandi, mencuci tangan sehabis berpergian dan masih banyak lagi.
Di minggu pertama aku belum melakukan apa-apa terkait risetku. Aku hanya mendesain ulang logo brand-ku, Kamulu, karena kurasa logo yang lama sedikit kurang menarik. Kegiatanku selain itu, aku hanya diam di rumah bermain gitar, menonton tv,membaca wattpad, melihat video pembelajaran mapel Biologi di aplikasi zenius dan sesekali membantu mama membuat masakan. Aku bingung dengan jadwal risetku yang seharusnya di minggu itu aku harus menyablon kaos dan mulai untuk membuka pra-pemesanan (open PO), tapi karena aku dikarantina dan khawatir untuk keluar rumah aku jadi tidak bisa menjalankan risetku sesuai jadwal yang sudah kuatur.
Pada minggu kedua aku mulai merasa bosan di rumah, dan mulai rindu kembali ke sekolah untuk bertemu teman-temanku. Di sisi lain aku juga mulai resah karena minggu lalu risetku tidak berjalan dengan lancar. Aku berpikir bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkan uang dengan tidak berpergian kemana- mana. Aku sempat berkeinginan untuk mendesain di Shutterstock, atau kembali mengikuti 99 Design. tapi aku memilih untuk kembali lagi memfokuskan diriku untuk mengerjakan brand-ku. Malamnya saat aku membuka IG aku tertarik dengan baju kemeja yang dipakai oleh Awkarin di story IGnya.
Aku tertarik pada baju itu karena dia menggunakan tehnik manual untuk menggabar desainnya. Pikirku, jika aku membuat kemeja seperti itu, aku bakal menggunakan teknik cat airku yang sudah ku pelajari saat riset kelas 10 lalu. Karena aku ingin tahu prosesnya, aku langsung bertanya kepada mas Aji tentang proses pembuatan baju seperti itu. Ternyata prosesnya mudah, aku perlu membuat gambar yang aku warnai menggunakan cat air, lalu di-scan dan perlu diedit sedikit melalui Coreldraw atau Photoshop. Kemudian aku juga perlu membeli kain utuh untuk di print sesuai gambar yang sudah ku desain, lalu aku tinggal membawanya ke penjahit untuk dijadikan baju yang akan siap digunakan. Mulai dari situ aku mencoba untuk menyicil menggambar beberapa desain dulu. Selain itu di minggu kedua ini aku juga sedang mengerjakan infografisku tentang virus Corona bersama Imung.
Masih di minggu kedua, Jumat 28 Maret 2020, aku mengikuti kuliah umum bersama pak toto di IG live. Beliau mengatakan, sebenarnya ada beberapa tingkatan dalam belajar. Yang pertama adalah deklaratif atau bisa disebut juga dengan perencanaan , yang kedua komulatif atau volume, yang ketiga ada serial atau tahap pengembangan, yang keempat ada pararel yang biasanya melibatkan komunitas.
Setelah ku pikir-pikir proses belajarku ini masuk ke tahap serial, karena menurutku aku akan melakukan pengembangan dari brand-ku yang nantinya akan kujual. []
Murid SMA Eksperimental Sanggar Anak Alam
Leave a Reply