“Banyak orang tidak menghendaki untuk membuat rencana. Mereka mau bebas dari tanggung jawab untuk merencanakan. Apa yang mereka harapkan hanyalah jaminan bahwa mereka akan hidup berkecukupan. Sisanya adalah menikmati hari demi hari. Orang secara alami akan berkumpul dengan orang lain yang mereka percaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya… mereka adalah tulang punggung komunitas – solid, terpercaya dan esensial.”
“Massa beraksi ketika individu takut melangkah.”
“Anda keliru jika menganggap masalah utamanya adalah bagaimana membebaskan manusia. Masalahnya adalah bagaimana mengembangkan cara untuk mengontrol manusia.”
Beberapa kutipan dari novel Walden Two karya psikolog behaviorisme Burrhus Frederic Skinner di atas mengantarkan kita berpikir tentang sebuah gagasan komunitas masyarakat ideal yang mandiri. Gagasan yang sering dianggap utopis di masa politik pemerintahan terlanjur banyak keblinger seperti saat ini, namun ternyata beberapa komunitas telah berhasil menjalankannya. Sebagaimana kata Skinner bahwa manusia bergerak karena mendapat rangsangan dari lingkungan sekitarnya, demikian pula Twin Oaks Community mengawali kisah mereka 50 tahun silam.
Gaya hidup mereka merefleksikan dari nilai-nilai kebersamaan, berbagi, nonkekerasan, kesetaraan, dan ekologi. Mereka makan bersama di sebuah aula makan dan berbagi tempat tinggal, mobil, pakaian, uang, hingga tanggung jawab sehari-hari. Mereka bekerja 42 jam seminggu, termasuk pekerjaan membetulkan mobil, berkebun, mencuci, dan memerah susu.
Kata Calta, “Gagasan utamanya adalah bahwa manusia bisa hidup dengan gaya yang relatif kaya tetapi ketika Anda berbagi segala yang Anda punya maka Anda tidak perlu mengonsumsi terlalu banyak.”
Tujuan mereka adalah memelihara dan memperluas komunitas yang menghargai kerja sama; yang tidak seksis maupun rasis; yang memperlakukan orang dengan cara yang lembut dan adil; dan yang memenuhi kebutuhan dasar para anggotanya. Meskipun gagasan dasar mereka diinspirasi dari novel Walden Two, kini telah banyak pengaruh lain yang membentuk karakter komunitas ini. Harapan mereka untuk menjadi model sistem sosial meluas hingga pada solusi skala-kemanusiaan untuk masalah-masalah seperti pemanfaatan lahan, produksi makanan, konservasi energi, dan penggunaan teknologi tepat guna. Bahkan untuk urusan memiliki anak pun, mereka harus melalui izin komunitas, karena selain kebutuhan untuk membatasi jumlah anggota, segala hal di sini menjadi tanggung jawab bersama, termasuk kepengasuhan anak.
Mereka membangun tujuh rumah kelompok yang besar, satu bangunan anak, dan satu pusat komunitas yang memuat dapur utama, bangunan industri, dan beberapa struktur lainnya.Mereka memiliki pemanas tenaga surya atau kayu hampir di semua bangunan.
Mereka menerapkan sistem kerja berbasis kepercayaan di mana semua pekerjaan dinilai secara setara. Tujuannya adalah mengorganisasi pekerjaan dan membaginya secara setara, memberikan setiap anggota keleluasaan dan pilihan seluas-luasnya. Pekerjaan tidak dilihat sekadar cara mencapai hasil; mereka mencoba membuatnya menjadi bagian kehidupan yang mengasyikkan.
Kebanyakan mereka memilih melakukan beragam jenis pekerjaan, ketimbang pekerjaan yang sama setiap hari. Mereka bekerja sekitar 42 jam tiap minggu, termasuk pekerjaan domestik yang tidak dianggap sebagai “kerja sungguhan” dalam budaya mainstream. Lebih dari setengah pekerjaan yang dilakukan meliputi aktivitas non-penghasilan seperti merawat anak hingga memerah susu hingga berjejaring. Mereka terutama berusaha membuka area pekerjaan untuk wanita dan pria yang tidak mudah diakses oleh mereka yang berada di luar komunitas karena adanya anggapan tentang apa seharusnya “pekerjaan wanita” atau “pekerjaan pria.”
Mereka mencukupi kehidupannya terutama melalui industri hammocks dan barang furnitur lainnya serta bisnis tofu dan makanan dari bahan kedelai. Juga layanan pengindeksan buku. Mereka berupaya mengembangkan industri lain yang bisa mendiversifikasi basis ekonominya, menghasilkan lebih banyak barang dan layanan primer, serta memberikan pekerjaan yang memuaskan bagi semua yang tinggal di sana.
Kata Keenan Dakota, “Kami membuat sendiri mentega, yoghurt, keju, dan ini adalah langkah besar menuju kemandirian.” “Saya suka memiliki lahan seluas 500 hektar untuk berjalan-jalan. Saya sangat menyukai jadwal kerja yang fleksibel.” Di sini fokus kami pada kesetaraan berarti kami berbagi kepemimpinan dan setiap orang adalah manajer dari setiap area dan kami memiliki komite yang membuat keputusan secara umum.”
Mereka tidak memiliki kelompok agama; keyakinan mereka beragam. Mereka tidak memiliki pemimpin utama; mengatur kehidupannya sendiri dengan cara demokrasi yang bertanggung jawab di antara beberapa manajer; perencana; dan komite. Gaya pemerintahan mereka diadaptasi dari novel Walden Two. Memiliki tiga orang perencana dengan masa tugas selama 18 bulan; memegang fungsi-fungsi eksekutif dan membantu memfokuskan perhatian komunitas pada isu-isu efek jangka panjang. Kandidat perencana bisa diveto oleh 20% anggota penuh; dan keputusan perencana dapat disanggah oleh mayoritas kecil anggota penuh.
Anggota biasanya mengungkapkan kehendak lewat obrolan pribadi, surat opini, dan polling. Mereka mengadakan pertemuan mingguan di mana para perencana menerima input sebelum membuat keputusan. Ada banyak sekali kepengelolaan yang mencakup area besar dan kecil – setiap orang yang ingin bisa menjadi manajer. Terkadang beberapa manajer atau kru berbagi tanggung jawab.
Komunitas yang tinggal di lahan yang terdiri dari hutan, sungai, padang rumput berbukit, dan tanah pertanian seluas sekitar 450 hektar di Louisa County, Virginia ini hanya sedikit sekali menghasilkan sampah dan menggunakan sangat sedikit listrik. Mereka memiliki gaya hidup berkelanjutan dan menjaga lingkungan. Para anggota melakukannya dengan berbagi segala yang dimiliki. Mereka menyebut gaya hidup tersebut “miskin cerdas”, tak perlu terlalu banyak kemewahan, tetapi selalu bisa saling berbagi.
Konsep berbagi ini memungkinkan mereka berkonsumsi lebih sedikit. Semua yang mereka lakukan berkisar di seputar ide ini, dari memberi makan ternak hingga menghangatkan rumah. Pertanian mereka berupaya agar terus ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan berbagi segalanya dari makanan hingga rumah, mobil, dan pakaian.
Kata Lazar, “Hal nyata yang membuat kita berkonsumsi lebih sedikit dibanding kebanyakan orang lain bukan karena kami lebih sadar tentang penghematan listrik, namun karena kami hidup secara kolektif.”
Buah dan sayur dihasilkan dari kebun organik sehingga lebih sedikit sampah tercipta dari barang kemasan. Kata Paxus Calta, “Kami hanya menghasilkan sekitar 10% sampah dari rata-rata orang Amerika.”
Mereka juga menggunakan 66% listrik lebih sedikit daripada rata-rata orang Amerika. Bangunan dan rumah dihangatkan dengan kayu bakar dan panel-panel surya. Salah satu pesan yang ingin disampaikan adalah menunjukkan bahwa hal ini sangat mungkin diadopsi oleh masyarakat mainstream.
Kata Dakota, “Misalnya dalam hal berkebun, orang-orang di kompleks rumah Anda bisa patungan membeli alat pemotong rumput sehingga setiap orang memiliki satu pemotong rumput, daripada delapan pemotong rumput terpisah di tiap rumah.”
Masyarakat mainstream bisa saling mengundang tetangga untuk makan bersama sebagai salah satu cara berbagi dan berkonservasi.
Sebagaimana hidup bersosial, mereka pun tak selalu berdampingan dengan sempurna, tetapi mereka berhubungan dengan penuh kelembutan dan toleransi. Mereka telah merasa berhasil menciptakan lingkungan sehat yang menghormati pilihan individual sembari menguatkan nilai-nilai kelompok yaitu nonkekerasan, kesetaraan, dan kerja sama.
Mereka juga tidak mengharapkan setiap orang dapat bersosial. Meski berupa sebuah komunitas, mereka sadar akan kebutuhan ketenangan dan keintiman. Para anggota memiliki ruang-ruang privat, kabin retret, pondok yang manis, dan banyak ruang keluarga yang bisa digunakan secara individual.
Hiburan komunitas ini pun bikinan sendiri, antara lain musik, buku-buku, kedai kopi, dan pentas-pentas. Masa liburan mereka adalah saat-saat seperti merayakan pergantian musim dan ulang tahun komunitas. Mereka juga sering mengunjungi kota-kota terdekat lainnya untuk acara-acara budaya, terlibat dalam politik, atau mengunjungi teman. Kadang mereka juga piknik berkelompok ke gunung atau pantai. Di rumah, ruangan gelap dan toko kayu bisa digunakan secara personal. Mereka memiliki banyak koleksi buku dan musik, dan terhubung dengan dunia lewat internet, radio, koran dan majalah. Mereka tidak memiliki televisi karena mereka anggap sebagai saluran berita yang terlalu besar untuk nilai-nilai dan produk-produk yang mereka coba hindari, tetapi mereka tetap menonton video dan film.
Sejak 1983, mereka mengadakan acara tahunan Women’s Gathering, menggabungkan musik dan perayaan, pendidikan dan dukungan bagi para peserta yang datang dari seluruh Amerika Utara. Ini adalah ajang yang sangat mengasyikkan bagi para anggota untuk berhubungan dengan gerakan wanita. Mereka juga mengadakan acara tahunan Communities Conference, yang menarik berbagai kalangan komunitarian yang telah berpengalaman serta para pencari yang masih baru dengan kehidupan berkomunitas. Konferensi ini adalah gabungan workshop, jejaring, perekrutan, dan sosialisasi. Siapa saja yang tertarik dapat mendaftar.
Mengupayakan masyarakat ideal yang hidup selaras dan saling mendukung, menjadi daya tarik hingga banyak yang ingin masuk dalam komunitas ini. Namun tak sembarang orang bisa bergabung begitu saja. Mereka memang tidak memandang latar belakang apapun, namun calon anggota baru harus melalui serangkaian proses sebelum diterima dalam komunitas. Pendaftar harus berkunjung selama tiga minggu, lalu diberi waktu sebulan berada di luar komunitas untuk mempertimbangkan kembali keputusan bergabung dengan Twin Oaks. Setelah masuk, mereka menjalani masa 6 bulan percobaan untuk melihat apakah benar-benar bisa menyesuaikan diri dengan Twin Oaks dan sebaliknya.
Sebagai sebuah komunitas, Twin Oaks memiliki rangkaian kesepakatan dan kebijakan sebagai acuan berperilaku untuk mengatur aktivitas seperti pekerjaan dan menegaskan prinsip-prinsip hidup mereka, sekaligus mengantisipasi hal-hal yang meresahkan seperti kecemburuan sosial. Segala permasalahan yang timbul diselesaikan secara bersama sesuai aturan yang berlaku, yang dapat berubah menyesuaikan kebutuhan setiap masa.
Meski demikian, komunitas ini bukannya tak memiliki kekurangan. Kritik atas ketiadaan pensiun, hubungan antarpersonal yang rumit, privasi rendah dan keterbatasan pilihan individu, menjadi tantangan mereka yang berada dalam komunitas ini. Tetapi bukankah selalu ada harga yang harus dibayar bukan? ***
Terjemahan bebas oleh Tita Sekar (Relawan SALAM)
SALAM (Sanggar Anak Alam), Laboratorium Pendidikan Dasar, berdiri pada tahun 1988 di Desa Lawen, Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara.
Leave a Reply