Pendidikan merupakan fondasi utama pembangunan sebuah bangsa, dan kehadiran seorang Menteri dengan latar belakang sebagai pengusaha di bidang inovasi iptek menjadi momentum penting dalam membawa warna baru bagi Kemendiknas. Melalui inovasi, debirokratisasi, dan penggabungan warna bisnis, pembangunan sektor pendidikan di Indonesia mengalami transformasi yang signifikan. Meski telah menjadi impian lama akademisi, implementasi reformasi sering kali terkendala oleh aturan yang ada.
Reformasi ini, seperti meng-upgrade kondisi mesin, memperbaiki kondisi jalan, dan menginjeksikan bahan bakar berkualitas tinggi, telah memberikan fondasi yang kuat. Namun, pertanyaan yang muncul adalah: untuk tujuan strategis seperti apa perjalanan ini? Apakah reformasi pendidikan ini benar-benar bertujuan untuk menopang kemandirian nasional dan daya saing? Analisis strategis, grand design, roadmap, milestone, serta modalities yang jelas perlu diterapkan agar tujuan ini dapat tercapai.
Menteri menyebutkan contoh keberhasilan STM yang menghasilkan revenue tinggi dari budidaya udang setelah integrasi dengan sektor lain. Namun, apakah kita mampu bersaing dengan negara-negara seperti Thailand atau Vietnam? Ini memunculkan pertanyaan penting terkait target konkret untuk industri-industri potensial lainnya seperti sawit, batubara, ekowisata, produk hutan tropis, dan kuliner nusantara. Tanpa target konkret, klaim keberhasilan menjadi tidak bermakna.
Pentingnya menciptakan SDM dengan karakteristik unik dan motivasi belajar yang dipahami hingga tingkat individu menjadi sorotan kritis. Pengakuan terhadap keunikan motivasi belajar pada tingkat individu adalah kunci untuk menghasilkan SDM yang kreatif, mandiri, dan bermotivasi. Reformasi pendidikan juga harus memasukkan aspek politik keberpihakan, bukan hanya untuk daerah terpencil, tetapi untuk memastikan karakteristik SDM yang sesuai dengan kebutuhan bangsa.
Sebagai otak program Merdeka Belajar, karakter pengusaha Menteri yang mulai menyatu dengan teknokrat menjadi tantangan tersendiri. Fokus pada angka kinerja dapat mengakibatkan kehilangan aspek kualitatif, terutama dalam pembentukan karakter warga negara yang kritis, sosial, nasionalistik, dan resilient. Reformasi ini membutuhkan strategi yang matang, tidak hanya dari perspektif teknokratik tetapi juga sebagai warga negara yang berdaya saing global.
Meski reformasi yang telah dilakukan di bawah kepemimpinan Menteri dinilai luar biasa, perlu mewaspadai klaim kemajuan yang substansial. Keberhasilan seharusnya diukur secara substansial, bukan hanya dari perspektif angka. Dengan tantangan geopolitik global, perlu adanya jaminan bahwa pembangunan SDM tidak hanya menciptakan tenaga kerja trampil, tetapi juga warga negara yang mandiri dan berdaya saing.
Sebagai seorang jendral dalam agenda reformasi pembangunan SDM, Menteri perlu didukung oleh sejumlah figur lain dengan latar belakang, kompetensi, tugas, dan wewenang yang berbeda. Kolaborasi multidisiplin dan dukungan politik yang kuat diperlukan untuk memastikan transformasi pendidikan menuju kemandirian, keunggulan, dan daya saing yang berkelanjutan bagi Indonesia. []
Dosen Kehutanan UGM
Leave a Reply