Pernahkah Anda membaca buku sejarah tentang Pangeran Diponegoro? Saya yakin Anda akan terpesona oleh cara pengarangnya, Peter Carrey, mengungkap pesan-pesan utama sejarah ini dengan begitu jelas. Buku ini tidak hanya mengisahkan perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah, tetapi juga mengungkapkan perjalanan intelektualnya yang penuh dengan pengalaman spiritual yang mendalam.
Diponegoro adalah seorang pangeran yang sejak lahirnya telah dijagokan untuk menjadi sosok besar. Dibesarkan di luar lingkungan keraton, ia mendapat pendidikan yang sangat ketat dan dipengaruhi oleh konsep-konsep spartan. Namun, ia juga memiliki kedekatan yang kuat dengan tasawuf, yang membentuknya menjadi individu yang matang secara fisik, intelektual, dan spiritual, sambil tetap menjunjung tinggi budaya Jawa.
Hal yang luar biasa adalah bahwa Pangeran Diponegoro tidak hanya menjadi seorang pemimpin militer ulung, tetapi juga seorang pangeran kaya yang hidup secara sederhana dan dekat dengan rakyat miskin. Ia bahkan mewakafkan seluruh hartanya untuk memerangi penjajah. Keyakinannya dalam keberagaman juga patut diacungi jempol, karena ia memiliki pembantu dari berbagai suku dan etnis, seperti suku Bengali, Tionghoa, dan Arab. Sikap keras dan perjuangan gigihnya membuat penjajah hingga keuangan kompeni bangkrut.
Selama hidupnya, Pangeran Diponegoro juga menunjukkan ketulusan yang luar biasa dengan mengakui dosa perselingkuhan, meskipun hal tersebut adalah praktik yang lazim di kalangan ningrat Jawa pada masa itu.
Sangat membingungkan mengapa pelajaran sejarah kita dari SD hingga SMA tidak pernah mengungkapkan narasi seperti ini, meskipun Pangeran Diponegoro adalah figur kunci dalam perjuangan menuju pembentukan NKRI. Lebih lanjut, kita harus bertanya-tanya mengapa sistem pendidikan kita tidak mencoba mengadopsi ekosistem pendidikan yang memungkinkan lahirnya pribadi seperti Diponegoro, yang mempertahankan jati diri dalam setting budaya Nusantara.
Peter Carrey, dalam percakapannya, menyoroti betapa pentingnya membangun jati diri sebuah bangsa, dan bagaimana Pangeran Diponegoro menjadi salah satu contoh langka dari tokoh sejarah yang historiografinya begitu lengkap sehingga dapat dipelajari secara mendalam. Kita harus mengakui bahwa kontribusi seorang sarjana bule seperti Peter, sambil menghargai peran penting tokoh-tokoh Jawa dalam pengungkapan sejarah ini, sangat esensial. Ini juga menunjukkan betapa langkanya seorang akademisi yang berani mengakui dimensi spiritual dalam perjalanan akademisnya. Semua ini membuat kita semakin yakin akan kebesaran Pangeran Diponegoro sebagai tokoh sejarah yang luar biasa. []
Dosen Kehutanan UGM
Leave a Reply