Semester 1 tahun ajaran 2017/2018 telah berlalu. Bagi warga belajar SALAM, semester ini dipuncaki dengan presentasi hasil belajar anak-anak. Sementara bagi fasilitator, baik dari kelas KB hingga SMA, masih harus berkutat selama 2 minggu untuk menyusun rapor dan mengikuti workshop fasilitator. Lama amat bikin rapornya?
Itu dulu yang terbersit dalam benak saya ketika belum pernah membaca rapor anak SALAM. Jadi, selama fasilitator menyusun rapor, anak-anak diminta berkegiatan bersama orangtua sepanjangsatu minggu. Buset, lama amat? Sementara anak-anak dalam satu kelas tetap ingin berkegiatan bersama teman-temannya. Alhasil, kami para orangtua yang punya waktu luang, harus putar otak merancang kegiatan. Tidak terlalu sulit sebenarnya selama di telepon pintar terinstal pinterest. Tinggal ketik ‘kids activity idea’ di papan pencari, dan segudang ide bermunculan. Yang sulit adalah MELAKSANAKANNYA.
Menurut cermat saya,respon anak sangat berbeda saat beraktifitas dengan fasilitator a.k.a bu guru, dibanding dengan emaknya. Kalau bu guru, cukup berkata, “Eh, teman-teman,…” dan semua anak memperhatikan. Sementara jika yang bicara seperti itu emaknya, mau berteriak sampai tenggorokan keriting, anak-anak hanya melirik ringan tak peduli. Rupanya mbanjeli fasilitator kelas kecil itu selain butuh sabar, juga butuh suara lantang.
Tapi setelah waktu terima rapor tiba, dan setelah semua orangtua membaca rapor anaknya (dengan sedikit berlinang air mata haru), saya paham. Bahwa menyusun rapor SALAM memang tak bisa sebentar. Terlebih lagi, semester ini saya juga terlibat menjadi fasilitator kelas 10. Rapor naratif, kualitatif (apalah sebutannya), memang tak bisa disegerakan selesai. Kami harus membuka-buka jurnal harian dan menggulir-gulir galeri foto, demi mengundang ingatan.
Sekedar informasi, di SALAM tidak ada ujian, ulangan harian dan test-test tertulis lain yang bisa dikuantitatifkan menjadi angka. Jadi sementara guru-guru pada umumnya menyusun rapor bisa semudah meng-klik tombol ‘auto-sum’di excel, bagi fasilitator SALAM, perkaranya jauh lebih sastrawirumit. Karena setelah ‘ingatan’ tadi terpanggil, mereka harus mengkategorikan perkembangan tiap anak dalam beberapa aspek, mencatat capaian belajar anak berdasar indikator masing-masing kelas, serta memberi catatan khusus terkait minat dan bakat anak. Puncaknya, dengan menuangkannya dalam penulisan rapor dengan tata bahasa yang baik dan benar, serta gaya bahasa yang bebas dari justifikasi. Tidak selengekan macam saya menulis artikel ini.
Saya masih beruntung, karena menyusun rapor 5 anak bersama 2 fasilitator lain. Rasio ini membuat penyusunan rapor bisa selesai dalam 2-3 hari, sudah termasuk sesi diskusi. Sementara teman-teman fasilitator kelas lain harus menyusun 15-30-an rapor bersama 2-3 rekan. 1 minggu jelas cukup melelelahkan karena menguras fokus.
Setelah itu, kami melanjutkan ‘kebersamaan’ dengan mengikuti workshop fasilitator. Workshop yang berlangsung selama 3 hari ini garis besarnya memiliki 2 agenda utama: evaluasi semester sebelumnya dan merancang rencana belajar semester berikutnya. Meski terkesan santai karena kami mengikuti workshop sambil lesehan, ngemil gorengan, dan sesekali goyang badan, tapi tetap saja menguras energi dan pemikiran. Tapi sungguh tak mengapa, karena di akhir pekan, akan berlangsung pasar ekspresi yang mengiringi penerimaan rapor!
Pasar Ekspresi yang berlangsung Jumat, 15 Desember 2017 lalu bisa dikatakan: ISTIMEWA. Pasar Ekspresi ke-11 ini adalah Pasar Ekspresi yang pertama kali digawangi oleh anak-anak SALAM yang bergabung dalam OAS (Organisasi Anak SALAM). Bagaimana tak istimewa, karena hampir semua divisi kerja di Pasar Ekspresi yang sebelumnya ditangani oleh orangtua, kali ini telah beralih tangan ke anak-anak. Mulai dari lurah pasar, seksi acara, doorprize & revel tiket, dekorasi& perkap, hingga publikasi dan dokumentasi, semuanya dihandle dengan baik oleh anak-anak. Bangga, haru, sekaligus bengong (karena tidak kebagian pekerjaan, Puji Tuhan) bercampur aduk jadi satu.
Saat ini semua warga belajar SALAM sedang menikmati liburan hingga awal tahun 2018. Meskipun sedang libur, namun tak jarang sebagian dari kami berkumpul. Sesepele apapun, kami pasti bisa menemukan alasan untuk berkumpul. Karena libur, bagi anak-anak SALAM, tidak pernah menyenangkan!
Orang Tua Murid & Fasilitator SMA SALAM
Leave a Reply