BRICS Business Summit, sebuah pertemuan ekonomi yang melibatkan negara-negara Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, telah menimbulkan pertanyaan apakah ini benar-benar bisa menjadi perubahan signifikan dalam arah dunia yang lebih sejahtera, adil, dan berkelanjutan. Seiring dengan catatan sejarah yang menghubungkan demografi dan nasib bangsa-bangsa anggota BRICS, ada harapan untuk pendekatan baru yang dapat menghadapi hegemoni politik dan ekonomi barat saat ini.
Keterkaitan Sejarah dan Nasib Bangsa BRICS: Menteri Luar Negeri India menyoroti hubungan sejarah yang kuat antara negara-negara anggota BRICS, yang terbentuk dari kelompok bangsa yang sama-sama mengalami penderitaan akibat perdagangan budak dan kolonialisme Eropa. Nasib serupa juga dialami oleh China dan Rusia, yang kemudian menjadi korban hegemoni barat. Sejarah ini menjadi fondasi bagi kerjasama yang lebih mendalam dalam menghadapi tantangan global saat ini.
Pendekatan Unik dalam Menghadapi Hegemoni Barat: Salah satu pertanyaan mendasar adalah bagaimana BRICS akan menghadapi dominasi politik dan ekonomi barat. Saat ini, upaya untuk menggeser sistem pembayaran perdagangan dengan mata uang non-dolar AS adalah langkah signifikan. Meskipun demikian, ide-ide lain yang radikal dan transformatif masih perlu ditemukan. Fokus pada infrastruktur, investasi, mobil listrik, kecerdasan buatan, dan ekonomi hijau menunjukkan inisiatif yang lebih terfokus pada pertumbuhan dan inovasi.
Legacy Kanjeng Rosul sebagai Panduan: Pendekatan untuk membangun masyarakat yang lebih modern dan adil dapat dicontohkan dari dua pilar dalam ajaran agama, yaitu fair trade/market dan institusi filantropi (waqf). Ide adil dalam perdagangan, di mana setiap bangsa memanfaatkan sumber daya alam dan manusianya secara adil, menghindari kompetisi yang merugikan, memiliki akar dalam filosofi ini. Selain itu, konsep waqf sebagai bentuk filantropi menyediakan sumber daya untuk kemajuan bersama tanpa batasan lintas bangsa.
Skeptisisme dan Kebutuhan Akan Gagasan Non-Mainstream: Meskipun BRICS memiliki potensi untuk mengubah paradigma global, kekhawatiran muncul terkait dengan dominasi China dan kemungkinan bahwa inisiatif ini hanya merupakan alat politik ekonomi China dalam mencapai hegemoni global. Penting untuk mendorong gagasan yang tidak konvensional dan di luar arus utama untuk benar-benar membawa perubahan yang signifikan.
Mengakhiri Siklus Dominasi: Pentingnya menciptakan dunia baru yang adil dan berkelanjutan ditekankan oleh perbandingan dengan perjuangan Indonesia dalam meraih kemerdekaan dan perubahan melalui Reformasi. Pembangunan dunia baru ini membutuhkan fondasi pemikiran yang berbeda dan inovatif, yang dapat mengatasi tantangan global dan meretas jalan untuk kemajuan bersama.
BRICS Business Summit menawarkan peluang besar untuk menggagas perubahan dalam tata dunia ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan. Namun, inisiatif ini harus diberdayakan oleh gagasan-gagasan yang radikal, transformatif, dan tidak konvensional untuk benar-benar merubah paradigma dominasi politik dan ekonomi yang ada. Dengan mengambil inspirasi dari legacy yang kuat dan konsep-konsep inovatif, dunia baru yang diharapkan dapat terwujud.[]
Dosen Kehutanan UGM
Leave a Reply