Uang telah lama dianggap sebagai salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Namun, apakah ada hubungan yang signifikan antara uang dan kesejahteraan? Penelitian telah membedakan dua bentuk kesejahteraan: perasaan seseorang selama momen hidup (kesejahteraan yang dirasakan) dan penilaian seseorang terhadap hidup mereka saat mereka berhenti sejenak dan merenung (kesejahteraan yang dievaluasi).
Dalam sebuah penelitian yang mengambil sampel dari 1.725.994 laporan pengalaman dari 33.391 orang dewasa yang bekerja di Amerika Serikat, hasil saat ini menunjukkan bahwa baik kesejahteraan yang dirasakan maupun kesejahteraan yang dievaluasi meningkat secara linear dengan logaritma(pendapatan), dengan tingkat kenaikan yang sama curamnya baik untuk mereka yang berpenghasilan tinggi maupun yang berpenghasilan rendah. Tidak ada bukti untuk adanya plateau (“Tidak ada bukti untuk adanya kesejahteraan yang dirasakan tidak ada indikasi bahwa kesejahteraan yang dirasakan akan mencapai titik di mana peningkatan pendapatan akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perasaan kebahagiaan seseorang—dengan kata lain, meskipun pendapatan terus meningkat di atas jumlah tersebut, dampak positif pada kesejahteraan emosional atau perasaan bahagia tidak lagi terasa sebesar pada tingkat pendapatan yang lebih rendah. kesejahteraan yang dirasakan bertentangan dengan beberapa penelitian terdahulu yang berpengaruh. Tidak ada pula bukti tentang ambang batas pendapatan di mana kesejahteraan yang dirasakan dan dievaluasi berbeda, yang mengindikasikan bahwa pendapatan yang lebih tinggi berhubungan dengan perasaan lebih baik sehari-hari dan lebih puas dengan kehidupan secara keseluruhan.
Penemuan ini memberikan pemahaman baru tentang hubungan antara uang dan kesejahteraan. Meskipun uang memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan dan meraih keinginan materi, penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruhnya tidak hanya pada tingkat kepuasan hidup secara keseluruhan, tetapi juga pada perasaan sehari-hari. Namun demikian, perlu diingat bahwa kesejahteraan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar uang, seperti hubungan sosial, kesehatan mental, dan makna hidup. Oleh karena itu, sementara uang dapat memberikan kontribusi pada kesejahteraan, keberagaman faktor lain juga memainkan peran penting dalam pencapaian kesejahteraan yang seimbang dan holistik.
Jadi pandangan “Biar miskin asal bahagia” yang dahulu sering dianggap sebagai pedoman hidup tampaknya telah berubah seiring dengan perkembangan pemahaman tentang kesejahteraan dan pengaruh uang terhadap kehidupan manusia. Penelitian yang menunjukkan korelasi positif antara pendapatan dan kesejahteraan secara keseluruhan, serta perasaan positif dalam kehidupan sehari-hari, telah meruntuhkan gagasan bahwa kesejahteraan dapat tercapai dengan mengabaikan faktor ekonomi. Meskipun penting untuk menghargai nilai-nilai abstrak seperti kebahagiaan, perkembangan ini menggarisbawahi pentingnya keseimbangan antara faktor material dan emosional dalam upaya mencapai kehidupan yang memuaskan dan bermakna.
Dalam era saat ini, di mana tantangan dan tuntutan hidup semakin kompleks, mengabaikan aspek ekonomi tidak lagi menjadi pendekatan yang bijak. Sebaliknya, pendekatan yang komprehensif untuk mencapai kesejahteraan mencakup perhatian terhadap kebutuhan material, seperti pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar dan memberikan akses terhadap peluang yang lebih baik. Namun, kita juga tidak boleh melupakan pentingnya memelihara hubungan sosial, menjaga kesehatan mental dan fisik, serta mengejar makna dalam hidup.
Paradigma “Biar miskin asal bahagia” mungkin tidak lagi relevan dalam kerangka pemahaman dan penelitian yang lebih baru tentang hubungan antara uang dan kesejahteraan. Namun, hal ini bukan berarti bahwa pencapaian kesejahteraan hanya bergantung pada faktor materi. Sebaliknya, kesejahteraan yang holistik dan berkelanjutan membutuhkan keseimbangan antara aspek material dan emosional dalam menjalani kehidupan—jangan-jangan “Biar Miskin Asal Sombong” malah yang terus relevan jika mencapai kebahagiaan melalui jagad ekonomi tak tergapai….[]
pembelajar, pejalan sunyi
Leave a Reply