Pengalaman kelas IV di SD SALAM beberapa tahun yang lalu menjadi sebuah perjalanan berharga dalam pembelajaran melalui usaha kecil Angkringan Wongso. Melalui pengalaman ini, siswa-siswa kelas IV telah mendapatkan pelajaran berharga tentang kerja keras, tanggung jawab, dan Kerjasama—beberapa tahun yang lalu, siswa-siswa kelas IV memulai perjalanan pembelajaran unik dengan terlibat dalam usaha kecil Angkringan Wongso. Angkringan Wongso adalah sebuah tempat yang menyajikan makanan dan minuman tradisional Indonesia dengan suasana yang santai. Dalam proyek ini, siswa SALAM tidak hanya belajar di dalam kelas, tetapi juga belajar secara praktis melalui pengalaman nyata.
Melalui usaha kecil ini, siswa-siswa kelas IV belajar tentang bagaimana menjalankan usaha, mengelola keuangan, melayani pelanggan, dan bekerja dalam tim. Mereka juga terlibat dalam berbagai aspek usaha, seperti mempersiapkan makanan, menyajikan kepada pelanggan, serta menjaga kebersihan dan kerapihan tempat usaha. Pengalaman ini memberi mereka wawasan tentang pentingnya kerjasama dalam mencapai tujuan bersama.
Pengalaman di Angkringan Wongso juga mengajarkan kepada siswa tentang nilai-nilai seperti kerja keras, kreativitas, dan tanggung jawab. Mereka belajar untuk beradaptasi dengan situasi yang berbeda dan menghadapi tantangan dalam menjalankan usaha. Ini adalah pelajaran berharga yang akan membantu mereka di masa depan, baik dalam aspek akademik maupun kehidupan sehari-hari.
Pengalaman melalui usaha kecil Angkringan Wongso telah membawa dampak positif bagi siswa kelas IV SD SALAM, memberikan mereka pelajaran yang melebihi apa yang bisa dipelajari di dalam kelas. Dengan belajar melalui pengalaman nyata seperti ini, siswa-siswa memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang akan membantu mereka tumbuh dan berkembang menjadi individu yang tangguh dan berdaya.
Pentingnya pembelajaran di luar lingkungan sekolah telah terbukti melalui sebuah perjalanan yang dilakukan oleh anak-anak kelas 4 SD SALAM. Persiapan yang matang mereka lakukan sebelum berpetualang di Kampung Nitiprayan, RT 04, Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Dengan catatan pertanyaan dan peralatan yang sudah disiapkan, seperti pulpen, pensil, penghapus, alat ukur, buku, uang, dan kamera, mereka membagi diri menjadi dua kelompok dan bertugas untuk membuat peta sketsa daerah tersebut.
Kampung Nitiprayan terkenal sebagai tempat seni dan budaya di Kabupaten Bantul. Festival Kenduri Seni yang diadakan setiap tahun menjadi salah satu bukti semangat kesenian di sana. Para seniman lokal dan mancanegara berkumpul untuk memamerkan karya seni mereka. Melalui eksplorasi dan pengamatan di Nitiprayan, anak-anak mencari tempat-tempat penting, fasilitas publik, dan tokoh masyarakat yang menarik untuk ditulis profilnya.
Pada tahap berikutnya, anak-anak menggali lebih dalam dengan memilih tempat khusus untuk dipelajari. Angkringan Wongso dan Rumah Lemah Teles adalah dua tempat yang dipilih. Mereka melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat dan mengamati dengan cermat lingkungan sekitar. Angkringan Wongso menjadi titik fokus, mengungkap berbagai aspek dari warung ini.
Angkringan Wongso adalah tempat yang menggambarkan kisah perjuangan dan ketekunan dalam berbisnis. Warung ini awalnya didirikan oleh Pak Wongso dan rekan usahanya, mengambil peluang dari tawaran Pak Ong yang berkeinginan memanfaatkan bangunan kosong. Warung ini berawal dari sebuah gerobak dan berkembang menjadi bangunan yang lebih besar dengan variasi menu yang beragam.
Dalam usaha ini, pengamatan anak-anak sangat penting. Mereka mencatat jenis makanan dan minuman yang ditawarkan, harga-harga, serta jumlah pengunjung dan omset harian. Mereka juga mengamati keamanan tempat parkir, hubungan antara pemilik dan pengunjung, serta detail fisik dan desain warung. Melalui observasi ini, mereka dapat memahami bahwa warung ini tidak hanya sekadar tempat makan, tetapi juga menjadi pusat pertemuan, kegiatan seni, dan bisnis kecil yang memainkan peran penting dalam komunitas.
Dari perjalanan ini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran. Pertama, pentingnya memahami keberlanjutan usaha. Angkringan Wongso berhasil karena dedikasi dan usaha yang kontinu, bahkan ketika menghadapi kesulitan seperti bencana atau tantangan ekonomi. Kedua, observasi dan pengumpulan data adalah kunci untuk mengungkap cerita di balik suksesnya bisnis mikro. Ketelitian dalam mengamati lingkungan dan interaksi sosial membantu menggambarkan nilai-nilai yang dijalankan oleh pemilik dan komunitas.
Dengan belajar dari kisah Angkringan Wongso, anak-anak mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana budaya, bisnis, dan kehidupan sehari-hari saling terkait dan memengaruhi satu sama lain. Pengalaman ini juga mengajarkan mereka pentingnya kerja keras, ketekunan, dan kerjasama dalam mencapai tujuan, serta bagaimana menjaga dan mewariskan warisan budaya dan tradisi kepada generasi mendatang. []
SALAM (Sanggar Anak Alam), Laboratorium Pendidikan Dasar, berdiri pada tahun 1988 di Desa Lawen, Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara.
Leave a Reply