Blog

BANJIR INFORMASI DARI SITUS RESMI

Beberapa waktu yang lalu, saya mengalami sebuah pengalaman yang menurut saya cukup menarik untuk dijadikan bahan rerasan refleksi. Saya tersesat dalam hutan rimba informasi digital di situs resmi Kemendikbud. Begini ceritanya.

Cerita bermula dari kebutuhan saya melengkapi tulisan tentang pengalaman saya membuat indikator capaian belajar untuk kelas 10 SMA Sanggar Anak Alam (SALAM) yang saya tulis 2017 silam. Karena tulisan tersebut akan masuk dalam naskah buku, maka saya perlu melengkapi sumber resmi guna menjawab catatan dari editor.

Dalam tulisan tersebut, saya menyebutkan bahwa sebagai fasilitator, kami dapat menyusun indikator kelas dengan mengintip Kompetensi Inti/Kompetensi Dasar  (KI/KD) (saat itu saya menyusun berdasarkan kurikulum 2013) yang telah ditetapkan Kemendikbud.  Sementara silabus yang menjadi bahan intipan saat itu, saya dapat secara berantai dari rekan fasilitator berupa file pdf. Namun, sebelum benar-benar memuat hal tersebut dalam naskah, saya perlu memastikan kembali bahwa file serupa memang benar-benar bisa diakses siapapun secara daring dari situs resmi Kemendikbud. Maka, seperti layaknya manusia modern yang melek internet pada umumnya, segeralah saya meminta petunjuk Google dengan mengetik ‘silabus kurikulum 2013 bahasa indonesia kelas 10’ pada bilah pencari.

Tapi rupanya kata kunci tersebut tidak langsung membawa saya ke situs resmi Kemendikbud. Pencarian teratas adalah situs dengan nama seseorang (.id). Baru kemudian di urutan keempat hasil pencarian, saya menemukan sebuah situs dengan subdomain Kemendikbud, tepatnya di ayoguruberbagi.kemendikbud.go.id. Dalam situs tersebut saya menemukan tombol unduhan dengan tajuk ‘Silabus Revisi 2020 Jenjang SMA/MA Kelas 10,11 & 12 Kurikulum K-13 Terbaru dan Lengkap’.

Perlu kita semua ketahui bahwa saat ini Kemendikbud menyediakan 3 pilihan kurikulum untuk diaplikasikan sekolah pada jenjang PAUD hingga SMA. Pilihan tersebut meliputi: Kurikulum 2013 (yang telah melalui beberapa kali revisi), Kurikulum Darurat, dan, yang masih hangat dari dapur, Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka adalah sebutan terbaru untuk Kurikulum Prototipe.

‘Bukan, bukan ini yang saya cari,’ pikir saya. File pdf yang saya gunakan sebagai acuan dalam tulisan yang sedang saya edit memuat satu materi dalam kompetensi dasar yang tidak termuat di edisi revisi ini. Maka saya segera menggunakan bantuan ‘call a friend’ untuk membantu mencari sumber resminya. Dari teman itu saya mendapat tautan bersamahadapikorona.kemendikbud.go.id. Dalam tautan tersebut, ada daftar unduhan yang dibagi per jenjang mulai kelas 1 hingga kelas 12. Tapi lagi-lagi bukan ini yang saya cari. Tautan ini berisi KI/KD Kurikulum Darurat. Sementara Kurikulum Darurat baru ditetapkan sejak pandemi. Tulisan yang sedang saya edit, saya tulis jauh sebelumnya.

Sampai titik ini saya mulai gerah. Mosok sebegitu sulitnya mendapatkan tautan daring untuk kurikulum yang sudah diaplikasikan bertahun-tahun di seluruh negeri dari situs resmi. Namun, saya bertekad untuk tidak menyerah. Saya mencoba mengganti beberapa kali kata kunci dalam bilah pencari Google hanya demi mendapatkan tautan ke situs resmi Kemendikbud. Saya mencoba sabar dan ngayem-ayem diri sendiri dengan berpikir ‘mungkin saya tidak lihai meracik kata kunci’.

Singkat cerita, empat puluh menit kemudian, saya akhirnya berhasil menemukan tautan yang mendekati dengan apa yang saya cari. Saya sebut ‘mendekati’ karena tautan pdf yang saya peroleh ini adalah KI/KD hasil revisi di tahun 2019. Namun saya cukup bangga, karena tautan ini saya dapatkan di situs resmi. Tepatnya dari dropdown ‘unduhan’ di situs kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum-2013.

 

Dari pengalaman di atas, saya jadi tahu bahwa Kemendikbud punya buanyaak sekali subdomain. Mulai dari ayoguruberbagibersamahadapikoronakurikulumjdihsimpandata. Beberapa jam berikutnya, kepalang basah, saya melanjutkan petualangan virtual sampai ke subdomain-subdomain lain seperti gurubelajardanberbagiayogurubelajar, dan sekolah.penggerak. mengamati situs yang beberapa subdomainnya telah digarap secara menarik dan penuh warna ini, sangat terasa bagaimana Pak Menteri sangat ingin dunia pendidikan di Indonesia berubah. Secepatnya. Dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Namun hal itu juga membuat saya berpikir tentang banyak hal. Baru mengunjungi beberapa subdomain dan menyerap informasi dari situs-situs itu saja sudah begitu melelahkan bagi saya yang punya cukup waktu luang dan jaringan internet. Bagaimana dengan guru dan tenaga pendidik di tempat terpencil dengan keterbatasan paket data dan gawai? Apakah semua informasi ini diketahui oleh mereka? Lalu jika iya, bagaimana implementasinya dapat terjadi merata di seluruh penjuru negeri?

Banyaknya subdomain tadi, yang tidak semuanya dapat diakses langsung dari domain utama, apakah juga menggambarkan birokrasi di tubuh kementerian sesungguhnya? Saling terpisah dan berbelit-belit? Jangan sampai gerbong ‘pendidikan Indonesia’ ini jadi gemuk karena penuh kepentingan dan kebijakan. Sementara anak, yang seharusnya menjadi penumpang utama, berakhir  menjadi calon penumpang yang dadah-dadah karena tertinggal di stasiun batas kota.

Bagaimanapun, usaha Kemendikbud menyediakan informasi sebanyak ini perlu kita apresiasi. Paling tidak, informasi-informasi itu bisa jadi media rekreatif bagi tukang maido seperti saya. Selanjutnya mari kita berdoa, agar implementasi perubahan dalam dunia pendidikan di negeri ini dapat berjalan secara adil dan merata.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *