Blog

Peran dan Pengaruh Mantra Suci ESG dalam Pendidikan, Riset, dan Politik Global: Jejak Aktor Utama

Pada zaman yang semakin dipenuhi tantangan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan, dan tuntutan tata kelola yang baik, konsep ESG (Environmental, Social, Governance) telah menjelma menjadi panduan yang meresapi semua aspek kehidupan saat ini. Pendidikan dan riset di seluruh dunia telah mengadopsi ESG sebagai tema utama dan arah yang mengarah dalam memandu inovasi dan perkembangan. Namun, pertanyaan muncul: Siapakah yang sebenarnya menjadi pencetus konsep ini dan bagaimana konsep ini berperan dalam lanskap politik global?

Salah satu tokoh kunci di balik dominasi politik global Amerika Serikat adalah sebuah perusahaan pendanaan bernama BlackRock. Dengan mendanai lebih dari 80% perusahaan raksasa di dunia, BlackRock memiliki aset yang hampir setara dengan PDB negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Tiongkok. Keberadaan BlackRock telah mengukuhkan hegemoni Amerika melalui kekuatannya dalam mengendalikan kredit dan investasi, di mana faktor ESG menjadi penentu utama dalam mengukur kredibilitas dan kesesuaian investasi. Faktor ini menjadi panduan yang tidak dapat diabaikan bagi pemimpin-pemimpin global, bahkan setelah pergantian presiden di Amerika Serikat. BlackRock, dengan fatwa ESG-nya yang kuat, memiliki pengaruh yang tak terbantahkan dalam politik global.

Namun, bukan hanya Amerika Serikat yang mengalami dampak dari konsep ESG ini. Setiap pemimpin negara, termasuk Jokowi atau penerus-penerusnya, merasakan tekanan yang sama. Rating indeks atau keramahan terhadap investasi asing menjadi faktor penting yang harus dijaga bahkan jika itu berarti harus melanggar konstitusi. Ketergantungan pada kredit dan investasi asing menjadi suatu keharusan yang tak terelakkan. Tidak banyak negara yang dapat bertahan tanpa dukungan finansial asing, kecuali mungkin Rusia dan China.

Pentahapan konsep ESG juga membawa kita pada sosok George Soros, seorang figur sentral dalam kelahiran konsep ini. Pengalaman masa kecilnya sebagai keturunan Yahudi selama Perang Dunia II telah membentuk pandangannya tentang kuasa dan pengaruh. Kebencian pribadinya terhadap Rusia, yang juga menjadi akar runtuhnya Uni Soviet, berasal dari trauma yang ia alami saat melihat ibunya diperkosa oleh serdadu Rusia. Selain menjadi pelopor panduan ESG, Soros juga menjadi donatur bagi jaringan NGO Open Society di seluruh dunia. Melalui skenario revolusi warna dan musim semi, rejim-rejim di berbagai benua yang dianggap tidak demokratis berhasil dijatuhkan, di mana Soros menjadi tokoh kunci di belakang layar. Dia juga menjadi donatur utama The New School of Social Science di New York, yang menjadi tempat bernaungnya para pemikir elit dunia. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *