Blog

Peran Negara, Mendorong Kemajuan Riset

Sejak zaman kuno hingga masa kini, kemajuan riset dan inovasi telah menjadi kunci utama bagi perkembangan suatu bangsa. Namun, pertanyaan yang sering muncul: “apa yang memicu kemajuan riset tersebut?” Penelitian ini akan menganalisis peran yang sangat berharga dari negara dalam mendorong kemajuan riset. Terutama, fokus akan diberikan pada bagaimana perang sebagai kepentingan hegemoni dunia telah menjadi faktor pendorong utama dalam memicu agenda riset, termasuk pengembangan agenda penelitian dasar. Selain itu, penelitian ini juga akan membahas dinamika institusional yang terus berubah, menyesuaikan diri dengan tantangan perang dan pasca perang.

Perang sebagai Pendorong Utama Kemajuan Riset: Perang, khususnya pertempuran untuk mencapai hegemoni dunia, telah memainkan peran yang signifikan dalam mendorong kemajuan riset. Negara-negara maju, yang seringkali menjadi peserta utama dalam konflik global, menyadari bahwa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih akan memberikan keunggulan kompetitif. Oleh karena itu, mereka telah secara institusional mengarahkan sumber daya mereka untuk mempercepat kemajuan riset.

Perang memberikan insentif yang kuat bagi negara-negara maju untuk melakukan penelitian yang berfokus pada pengembangan teknologi dan inovasi militer. Misalnya, dalam perang dunia kedua, banyak negara mengalami lonjakan signifikan dalam riset dan pengembangan senjata, komunikasi, dan ilmu pengetahuan terapan lainnya. Sebagai contoh, proyek Manhattan di Amerika Serikat yang berusaha mengembangkan bom atom merupakan hasil langsung dari agenda riset yang dipicu oleh perang.

Selain itu, perang juga telah melahirkan agenda penelitian dasar yang mendasar. Dalam upaya untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang senjata yang digunakan oleh musuh, negara-negara maju telah mendanai penelitian dasar yang melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti fisika, kimia, biologi, dan matematika. Hasil dari penelitian-penelitian ini sering kali tidak hanya memiliki dampak pada bidang militer, tetapi juga memberikan kontribusi yang signifikan pada pengetahuan manusia secara keseluruhan.

Dinamika Institusional dan Tantangan Perang dan Pasca-Perang: Selama periode perang dan pasca-perang, dinamika institusional di negara-negara maju mengalami perubahan yang signifikan untuk menghadapi tantangan yang ada. Institusi riset dan pendidikan beradaptasi dengan pergeseran kebutuhan dan prioritas yang muncul selama periode ini.

Selama perang, fokus riset seringkali berpusat pada aplikasi militer dan teknologi yang terkait dengan konflik. Namun, setelah perang berakhir, negara-negara tersebut seringkali mengalihkan perhatian mereka ke pembangunan dan pemulihan ekonomi. Hal ini mempengaruhi dinamika institusional, di mana pergeseran prioritas dan alokasi sumber daya terjadi. Institusi riset dan pendidikan harus menyesuaikan diri dengan tantangan baru, seperti pemulihan ekonomi, kebutuhan infrastruktur, dan perubahan dalam kebutuhan masyarakat.

Dinamika institusional juga dapat tercermin dalam perubahan kebijakan pemerintah terkait riset dan pengembangan. Misalnya, dana yang dialokasikan untuk riset mungkin mengalami fluktuasi selama periode perang dan pasca-perang. Selama perang, dana yang signifikan dialokasikan untuk penelitian militer, sedangkan setelah perang, fokus dialihkan ke penelitian yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial.

Kita dapat menyimpulkan bahwa negara memiliki peran yang sangat berharga dalam mendorong kemajuan riset. Perang sebagai kepentingan hegemoni dunia telah menjadi faktor pendorong utama dalam memicu agenda riset, termasuk pengembangan agenda penelitian dasar. Dinamika institusional yang berubah selama periode perang dan pasca-perang juga memainkan peran penting dalam menyesuaikan tantangan yang ada. Melalui adaptasi dan alokasi sumber daya yang tepat, negara-negara maju dapat mengarahkan riset mereka untuk memenuhi kebutuhan strategis dan mempercepat kemajuan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tergelincirnya Kemandirian Bangsa dalam Agenda Global

Sejak ORBA era Orde Baru, terlihat bahwa semua dimensi dalam penyelenggaraan negara tampaknya lebih sebagai subordinat daripada agenda global negara-negara maju selama Perang Dingin. Hal ini mencakup pembentukan intelektual dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kecenderungan ini ternyata sangat menggerus semangat kemandirian bangsa, karena negara telah menjadi subordinat (vassal state) dari kekuatan super power dunia. Contoh yang mencolok adalah agenda riset dalam produksi pangan yang lahir akibat politik ekonomi kemajuan ilmu kimia di akhir abad ke-19 yang melahirkan apa yang kita kenal sebagai Revolusi Hijau. Revolusi ini merupakan teknik pertanian yang sangat bergantung pada industri pupuk dan pestisida kimia, dipromosikan oleh politik luar negeri Amerika Serikat dengan pendanaan dari Rockefeller Foundation bekerja sama dengan FAO dan melalui pinjaman dari World Bank. Dampaknya sangat signifikan dalam membentuk wajah pertanian dunia melalui misi para intelektual yang dididik oleh negara-negara Barat dan didukung oleh program-program dan lembaga-lembaga terkait pangan di negara-negara berkembang. Kejadian serupa juga terjadi di sektor lain, termasuk di sector/isu kesehatan.

Subordinasi Negara dalam Agenda Global: Sejak Orde Baru, terlihat adanya pergeseran paradigma dalam penyelenggaraan negara kita. Agenda global negara-negara maju, terutama yang didukung oleh kekuatan super power dunia, telah menjadi prioritas utama, sedangkan kemandirian dan kepentingan nasional kita sering kali terpinggirkan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek, termasuk pengembangan intelektual dan IPTEK (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Keterampilan).

Dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kita menjadi sangat tergantung pada negara-negara maju dan lembaga-lembaga internasional yang mendikte agenda riset dan pengembangan. Sebagai contoh, dalam Revolusi Hijau, teknik pertanian yang diperkenalkan berdasarkan kemajuan ilmu kimia berasal dari negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat. Melalui pendanaan dari Rockefeller Foundation dan kerjasama dengan FAO serta bantuan pinjaman dari World Bank, teknologi ini dipromosikan secara agresif di negara-negara berkembang, termasuk negara kita. Akibatnya, kita menjadi sangat tergantung pada industri pupuk dan pestisida kimia, serta kebijakan dan praktik pertanian yang didikte oleh negara-negara maju.

Dampak Terhadap Kemandirian Bangsa: Trend subordinasi ini telah menggerus semangat kemandirian bangsa kita. Ketergantungan kita pada negara-negara maju dalam hal riset dan pengembangan, terutama dalam bidang pertanian dan kesehatan, telah menghambat perkembangan potensi lokal kita. Program-program dan lembaga-lembaga yang berhubungan dengan pangan dan kesehatan yang didukung oleh negara-negara Barat cenderung mempengaruhi dan membentuk arah perkembangan sektor-sektor tersebut di negara-negara berkembang, termasuk negara kita. Hal ini seringkali mengabaikan kekayaan sumber daya lokal dan pengetahuan tradisional yang mungkin memiliki potensi besar untuk pengembangan mandiri.

Selain itu, kebijakan dan program yang didikte oleh negara-negara maju cenderung menguntungkan mereka sendiri secara ekonomi dan politik. Penelitian dan pengembangan yang didanai oleh negara-negara maju sering kali berfokus pada kepentingan dan prioritas mereka sendiri, yang mungkin tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan nasional kita. Dalam prosesnya, kita menjadi konsumen yang tergantung pada teknologi dan produk yang dikendalikan oleh negara-negara maju, sementara keberlanjutan dan pengembangan potensi lokal kita terabaikan.

Fenomena subordinasi negara kita dalam agenda global, terutama sejak era Orde Baru, telah menggerus semangat kemandirian bangsa kita. Ketergantungan pada negara-negara maju dalam hal riset dan pengembangan, serta pengaruh lembaga-lembaga internasional yang mendikte agenda, telah membatasi potensi dan keberlanjutan pembangunan mandiri. Untuk memajukan bangsa, penting bagi kita untuk mengembangkan kebijakan dan program riset dan pengembangan yang berorientasi pada kepentingan nasional dan memanfaatkan sumber daya dan potensi lokal kita secara optimal. []

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *