Kaget melihat sekumpulan anak-anak suka bertanya, bercerita banyak hal. “Anak-anak yang banyak tanya, adalah anak yang sangat cerewet? bukankah anak yang baik harusnya banyak diam dan nurut.” ucap dibenakku.
Diawal tahun saya tergabung menjadi warga belajar Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Yogyakarta, sebagai relawan. ada banyak hal yang membuat saya termenung selama mengikuti aktivitas belajar di SALAM, terutama di kelas Taman Anak (TA). Melihat dan menyaksikan langsung anak TA. Mulai dari pakaian tak seragam, tak ada hukuman bagi yang terlambat, hingga bertemu anak dengan berbagai macam minat dan bakat.
Hari-hari sekolah saya turut aktif mengikuti kegiatan kelas di Taman Anak. Disiplin yang diterapkan di SALAM tidak kaku. Jam sekolah yang disepakati di TA ialah pukul 8.30 WIB. Namun telah disepakati bersama bahwa aktivitas pertama adalah bermain bebas sesuai ketertarikan masing-masing. Tentu hal itu tetap diamati dan dijangkau oleh fasilitator. Disinilah saya menemukan banyak hal yang menarik untuk diceritakan dalam tulisan ini. Seperti menemukan banyak anak yang suka bertanya dan bercerita.
Seperti pagi itu saat semua anak mulai dari jenjang TA, SD, SMP, dan SMA berkumpul dilapangan, game pagi sedang berlangsung yang dikordinatori oleh anak SMA. Saya dan beberapa fasilitator lainnya turut berpartisipasi kala itu, pandangan saya tertuju pada anak yang baru tiba. Saya pun berinisiatif menghampirinya sekaligus mengajaknya ikut serta di game yang sedang berlangsung. Tak luput saya berkenalan.
“Nama kamu siapa?” tanyaku sambil merundukkan kepalaku hingga sejajar dengan kepalanya.
“Namaku aksara” jawabnya.
“kalau saya bang mamat” aku langsung memperkenalkan diri.
Ia tepat berdiri disebelah timur depan ruangan limbuk cangik.
“Aku baru di sunat, tititku masih basah, kata mama ngak boleh lari-lari” ucapnya. “ini main game apa? ngak ada game lain?” ia meneruskan
saya yang saat itu tidak tau sama sekali nama game itu, hanya mengikuti intruksi dari kordinator, memilih diam.
“Apakah ada game petak umpet om? saya mau main itu!” lanjutnya.
“ngk ada aksara, nanti yah habis ini ya” jawabku sebab tidak tahu lagi mau jawab apa. memberikan janji yang pada akhirnya tidak kutepati
sesaat setelah game ditutup dengan doa bersama, masing-masing anak berhamburan menuju kelasnya masing-masing. sementara saya turut bergabung ke kelas TA.
Tak sedikit anak yang suka bertanya dan bercerita seperti aksara, ada juga Juna yang kala itu menemukan batu gambang bersama Genta dan Raja. Batu itu ditunjukkan padaku, lalu ia bercerita panjang lebar bahwa ia menemukan batu gambang tersebut disekitaran sekolah. Setelah itu Juna mengajakku untuk menyaksikan sendiri. Saya pun mengikuti permintaannya. Saya, Juna, Genta dan Raja menyusuri selokan air, setelah itu Juna membuang batu yang dipegang ke seloka air dan kami pun menyaksikan bersama batu itu tidak tenggelam.
SALAM berupaya konsekuen dengan kesepakatannya memberi ruang merdeka pada anak. Anak-anak TA tidak dibebani dengan banyak materi. Mereka diberi kemerdekaan untuk memilih aktivitas yang mereka sukai. Terbukti setiap aktivitas pagi yang kujalani bersama anak-anak TA, mereka bebas mengekspresikan dirinya sesuai apa yang disukai.
Alhasil anak memiliki banyak pengalaman dan cerita yang berbeda-beda. Anak didukung untuk terbiasa mengungkapkan perasaan dan pikiran melalui lisan, seperti ngomong kalau ada sesuatu, bercerita kalau ada peristiwa unik. “justru di SALAM aneh bila ada anak yang pendiam, sebab sikap alamiah anak yaitu senang berbicara” kata ibu widhy padaku kala itu.
Tidak hanya anak, saya melihat fasilitator juga selalu bertanya, menanyakan kabar, hingga memantik anak untuk banyak menceritakan peristiwa yang dialami dalam upaya membangun dan menemukan pengetahuan baru. kira-kira seperti itulah pembelajaran mencerahkan yang saya dapatkan beberapa pekan ini.
Hari demi hari, saya mulai terbiasa berhadapan dengan anak yang suka bertanya, suka cerita, hingga yang suka bernyanyi, mereka bahagia melakukukan itu, sebab itulah jati diri seorang anak. Sayangnya semua sifat demikian diartikan oleh kebanyakan orang ialah cerewat. Konon anak yang cerewet itu sifat yang tidak elok.
Sewaktu sekolah saya adalah orang yang takut bertanya, sebab takut bila pertanyaanku berakhir dengan tertawaan. Bahkan sewaktu kuliah banyak cemoohan bagi orang yang senang bertanya. Dianggap merumitkan diskusi, dianggap sok kritis dan cerewet.
Berbeda dengan TA SALAM, alih-alih menertawakan yang cerewet, ekosistem belajar SALAM justru menuntun kita untuk cerewet, dalam artian sebagai ekspresi keingintahuan dan dalam upaya menemukan pengetahuan. Bukankah banyak bertanya merupakan dasar dari menemukan pengetahuan? dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu jadi semakin yakin? itu semua dimulai dari kelas yang CEREWET. []
Relawan SALAM
Leave a Reply