Blog

BUKU SEKOLAH APA INI SUDAH CETAK LAGI

Buku ini disusun salah satunya sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan para tamu yang berkunjung di Sanggar Anak Alam (SALAM), Nitiprayan, Yogyakarta. Tak dapat dipungkiri, keberadaan SALAM yang menginisiasi praktik belajar yang memerdekakan sering menuai keingintahuan berbagai pihak. Hampir setiap hari selalu ada tamu, mulai dari mahasiswa hingga praktisi pendidikan, yang berkunjung untuk melihat, mengamati, meneliti, dan mengajukan berbagai pertanyaan terkait bagaimana praktik itu berjalan.

Sementara itu, SALAM, sebagai sebuah sanggar belajar sederhana di pinggir kota, tidak pernah mempunyai, atau berupaya untuk mempunyai, sebuah divisi khusus serupa public relation yang dimiliki sekolah-sekolah megah di tengah kota. Kesibukan menerima tamu menjadi tugas bersama, terutama Bu Yahya selaku pendiri SALAM dan Mas Yudhis selaku Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) SALAM. Namun, tak mungkin jika narasi-narasi lisan itu terus berulang. Melelahkan. Suatu laku dokumentatif harus ditempuh untuk menjelaskan praksis pendidikan yang dilakoni SALAM. Itu sebabnya, dengan dorongan dan dukungan besar dari Pak Bambang Wisudo, buku ini lahir. *** Bila Anda setuju dengan apa yang telah diungkapkan dalam buku ini, kami lebih bahagia justru ketika kami mendengar Anda melakukan, mempraktikkan di lingkungan terkecil Anda. Lebih lanjut kami mengajak Anda untuk membuat, membangun SALAM-SALAM lain menurut versi Anda yang sesuai dengan konteks di lingkungan Anda.

“Jika Anda bukan bagian dari penyelesaian, Anda merupakan bagian dari persoalan.”Toto Rahardjo, Pendiri SALAM *** Memupuk dan menumbuhkan kebiasaan (sikap dan perilaku) “bertanya yang mempertanyakan” itulah yang membedakan mendasar antara SALAM dengan lembaga-lembaga pendidikan atau persekolahan formal pada umumnya. Di SALAM, sejak usia dini anak-anak sudah dibiasakan bebas mengajukannya. Tak ada pembatasan sama sekali.

Bahkan, para murid dan siswa di sana sudah tidak lagi mengenal mata pelajaran, pengkotak-kotakan ilmu yang membutakan seseorang untuk melihat unsur dasar lain dari sari pati pengetahuan: hubungan keterkaitan (relasi) antar-berbagai hal yang membentuk pemahaman menyeluruh tentang sesuatu. Itulah yang memungkinkan para murid dan siswa SALAM lebih akrab dan paham makna istilah riset (re-search). Mereka melakukan dan mengalaminya sendiri, langsung dalam praktik sehari-hari. Anak-anak sebaya mereka di sekolah-sekolah konvensional mungkin baru akan mendengar istilah itu nanti setelah mereka menjadi mahasiswa di perguruan tinggi. ― Roem Topatimasang, pendiri INSIST

#InsistPress #SekolahApaIni

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *