“Kita, sebagai anak-anak nih, kalau punya orang tua unik nggak apa-apa. Karena walau punya orang tua unik, kita tetap bisa tumbuh dengan asyik.” Dian Nofitasari (Penulis Buku “Orang Tuaku Unik dan Aku Bangga)
Setelah SALAM mengadakan acara celoteh buku pertama bersama anak-anak di bulan September lalu, SALAM mulai membuka kolaborasi kepada siapa pun yang berminat untuk membahas tentang buku, bisa itu dari perorangan, antar sekolah atau komunitas. Waktu itu ada seseorang yang langsung merespon dan ingin juga bukunya dibedah oleh anak-anak, namanya Dian Nofitasari (akrab disapa Bubu), seorang penulis sekaligus ibu dari tiga anak yang saat ini bertempat tinggal di Banjarnegara. Sudah banyak cerita anak karya Mbak Dian yang terbit, ada yang gabung bersama penulis lain, ada juga buku sendiri. Buku berjudul “Orang Tuaku Unik dan Aku Bangga” yang dirilis pada bulan Februari tahun 2020 lalu, menjadi salah satu pilihan karya Mbak Dian yang kemudian digunakan sebagai bahan kegiatan kolaborasi berikutnya.
Setelah satu bulan penantian, akhirnya buku dari Mbak Dian pun tiba di SALAM dan siap untuk dibedah. Namun, karena buku tersebut berbentuk kumpulan cerita pendek yang terdiri dari enam judul, rasanya akan lebih pas kalau dikemas dalam bentuk dongeng buku ketimbang bedah buku seperti sebelumnya.
Hari Sabtu sore, tanggal 11 Desember 2021, kegiatan dongeng buku yang dipandu oleh Kak Edwin, dibawakan dengan apik oleh Kak Irin dan Kak Dinu. Sekitar 32 partisipan ikut meramaikan acara hari itu, termasuk saya. Jujur saja, saat mengetahui bahwa akan ada yang mendongengkan, ekspetasi saya acaranya akan lebih didominasi oleh orang yang mendongeng. Seluruh isi bukunya dibacakan kemudian partisipan ditanyai tanggapannya. Pada kenyataannya memang tidak sepenuhnya sesuai dengan ekspetasi saya, tapi justru malah melebihi dari apa yang saya bayangkan.
Acara dibuka dengan perkenalan dan sapaan dari Kak Edwin, setelah dipersilakan barulah Kak Irin dan Kak Dinu memulai dongengnya. Bukan enam judul, melainkan hanya dua judul cerpen saja yang dibawakan oleh mereka berdua, yaitu cerita “Koki di Rumah Kami” dan cerita “Kumis Papa”. Kak Irin yang pandai berekspresi, serta Kak Dinu yang ahli berimprovisasi hal-hal lucu, membuat mereka menjadi duo pembawa cerita yang menurut saya keren. Saya sebagai orang dewasa pun dapat menikmati dan sempat ikut tertawa ketika melihat tingkah jenaka dari mereka berdua. Yang menarik di sini, sembari mendongeng, Kak Irin dan Kak Dinu juga menyanyikan beberapa lagu dengan iringan gitar akustik, ada yang merupakan buatan sendiri dan ada lagu-lagu orang lain seperti abang tukang bakso.
Dalam sesi interaksi dengan penonton, saya cukup mengapresiasi pembawaan dari pemandu acara dan pendongengnya. Mereka pandai dalam memancing percakapan dengan anak-anak. Terlihat dari respon antusias anak-anak yang hadir, ketika ditanya, mereka dengan cepat menjawab. Bahkan saat terjadi kendala teknis di awal acara, sebagai pemandu, Kak Edwin mampu mengalihkan perhatian dengan meminta anak-anak untuk bercerita pengalaman mereka terkait dongeng.
Berlanjut ke sesi terakhir, yaitu tanggapan dari penulis. Mbak Dian menjelaskan kalau hampir seluruh cerita dalam buku tersebut memang diambil dari kisah masa lalunya. Seperti cerita “Kumis Papa” yang mana si tokoh utama merasa heran karena teman-temannya mengira papanya galak hanya karena memiliki kumis tebal. Buku “Orang Tuaku Unik dan Aku Bangga” memang banyak bercerita tentang kekurangan orang tua, tapi sebagai penulis, Mbak Dian ingin memaknainya sebagai keunikan agar kekurangan tersebut tidak dipandang sebagai kelemahan. Lewat buku tersebut, Mbak Dian juga berharap kepada siapapun yang membaca, terutama bagi para orang tua yang membacakan cerita tersebut ke anaknya, agar lebih mau legowo dan menerima kekurangannya. Sebab, kekurangan tersebut bisa dijadikan bahan belajar bersama anak.
Sekitar satu jam kemudian, tepatnya pukul lima sore, acara dongeng buku pun ditutup dengan nyanyian lagu anak gembala bersama Kak Irin & Kak Dinu dan seluruh partisipan. []
Siswi SMA Eksperimental SALAM
Leave a Reply