Tayangan kemarin kita belajar dari penyelenggaraan sekolah, termasuk bagaimana peran penting negara di Finlandia. Sekarang kita simak uraian Ana Zahida, seorang perdana menteri rumah tangga yang punya hobi menulis, bekerja sampingan sebagai pengajar dan juga penerjemah paruh waktu tentang “Pentingnya Peran Ibu Rumah Tangga di Jepang”.
Masyarakat Indonesia cenderung memandang sebelah mata profesi sebagai Ibu Rumah Tangga. Bahkan, terdapat pandangan negatif bagi para wanita berpendidikan tinggi yang memutuskan untuk total menjadi ibu rumah tangga. Kebanyakan akan menyayangkan fungsi dari pendidikan tinggi yang telah ditempuh dan hanya berakhir dalam karir domestik sebagai seorang ibu.
Akibatnya anak Indonesia dari golongan ibu berpendidikan kebanyakan malah berada dalam pelukan para pembantu rumah tangga dan baby sitter karena kedua orang tuanya bekerja. Memang anak-anak itu bisa menyelesaikan pendidikan yang setinggi-tingginya dan mendapat dukungan finansial yang kuat. Tetapi ada satu hal yang berbeda yaitu: pola pikir dan jiwa mereka bukan dibentuk oleh orang tua mereka, tetapi berada di tangan para pembantu.
Hal ini jauh berbeda dengan fenomena pendidikan anak yang menjadi sebuah isu sentral di Jepang. Profesi sebagai Ibu rumah tangga dianggap sebagai sebuah profesi paling keren dan maha penting. Kaum Ibu di Jepang justru merasa bahagia, tersanjung, dan dimuliakan dengan jabatan dan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Bahkan mereka tak segan-segan mengundurkan diri dari karir profesional mereka demi mengasuh sendiri anak-anak mereka di rumah. Anda heran?
Berikut fakta-fakta menarik lainnya terkait dengan betapa pentingnya peran ibu rumah tangga di Jepang, khususnya dalam mendidik anak.
Ryousai Kenbo (Istri yang baik ibu yang bijak)
Ini adalah slogan pemerintah Jepang sejak zaman Restorasi Meiji dalam menggalakkan program agar para Ibu mendidik anak dan membentuk karakter kuat dalam diri mereka dengan sebaik-baiknya demi tercapainya kemajuan bangsa. Melalui seorang ibu yang bijak, berpendidikan tinggi, dan cerdas, diharapkan akan tumbuh anak-anak yang cerdas dan berkepribadian kuat sehingga mampu mengemban tugas sebagai generasi penerus kemajuan bangsa. Sebagai istri wanita juga menjadi koordinator rumah tangga yang mengatur segala urusan domestik agar berjalan lancar.
Kyoiku Mama (Professional Full Time Mother)
Seorang pengamat Jepang, Reingold, mendefinisikan Kyoiku Mama “Para ibu pendidik yang secara langsung terlibat dalam kesuksesan atau kegagalan anak-anak. Dan mereka juga dinilai berdasarkan kesuksesan atau kegagalan mereka”. Ibu-ibu pendidik Jepang, Kyoiku Mama, mengajarkan disiplin, pengorbanan, kerja sama dan kesederhanaan di rumah, sehingga sekolah yang mengajarkan hal-hal akademis, tidak direpotkan lagi dengan masalah-masalah perilaku anak didik karena nilai-nilai luhur telah melebur dalam karakter setiap siswa sejak dari rumah. Merekalah yang bertanggungjawab menciptakan keseimbangan fisik, emosi, dan sosial dalam pribadi anak.
Naishoku (memperoleh penghasilan dari rumah)
Saat tuntutan ekonomi menjadi semakin tinggi dan para ibu dituntut pula untuk bekerja, pemerintah Jepang menggalakkan program naishoku agar para ibu dapat mendapatkan penghasilan tanpa harus meninggalkan tanggung jawab domestik mereka. Beberapa perusahaan yang tergabung dalam program ini memberikan pekerjaan sederhana kepada para ibu agar dapat dikerjakan di rumah.
Nah, tidak ada lagi alasan untuk merasa galau menjadi full time mother bukan?
SALAM (Sanggar Anak Alam), Laboratorium Pendidikan Dasar, berdiri pada tahun 1988 di Desa Lawen, Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara.
Leave a Reply