Perjalanan yang sangat berbahaya demi mendapat pendidikan untuk masa depan yang lebih baik.
Helena, Mariella, Elmar dan Pofinio memiliki semangat besar untuk mendapatkan pendidikan. Setiap hari mereka melalui jalan yang cukup berbahaya untuk sampai ke sekolah. Naik turun gunung dengan resiko dipatuk ular berbisa, tersesat di hutan, dan masuk kedalam jurang. Mereka hanya bergantung pada karung plastik yang dikaitkan pada besi panjang setinggi 400 meter dengan resiko terjatuh atau patah jari-jari tangan akibat menyentuh besi saat menyebrang. Belum lagi harus berjalan kaki menyusuri jalan aspal yang dilalui banyak kendaraan berat dan penuh dengan debu untuk langsung sampai ke sekolah. Waktu yang mereka butuhkan untuk pergi ke sekolah adalah 1 sampai 3 jam yang membuat mereka sudah merasa lelah bahkan sebelum pelajaran dimulai.
Keinginan untuk keluar dari hutan dan meninggalkan kemiskinan menjadi bahan bakar mereka untuk tetap bersemangat menjalani hari-hari yang sangat beresiko.
Tapi apakah yang mereka dapatkan di sekolah akan membawa mereka ke kehidupan yang lebih baik? ketika sampai di sekolah saja mereka sudah merasa kelelahan. Tanpa mereka sadari pendidikan yang sebenarnya telah mereka lalui sepanjang perjalanan menuju sekolah. Pendidikan yang disamaratakan membuat mereka berpikir bahwa untuk keluar dari kemiskinan, mereka harus keluar dari hutan dan memiliki profesi yang populer.
Pendidikan tidak bisa disamaratakan, karena kebutuhan manusiapun berbeda-beda. Jika sejak kecil dididik untuk tidak mempelajari apa yang bisa dipelajari di lingkungannya, maka profesi populer seperti dokter, pengusaha, polisi dan yang lainnya akan menjadi minat utama.
Jika semua orang memiliki profesi populer, lalu tidak ada lagi yang mau bertani dan berkebun. Menjadi mungkin bahwa nanti semua tanah akan berlapis semen dan bahan pangan dibuat di dalam laboratorium.
Siswi SMA Eksperimental SALAM
Leave a Reply