Blog

Beda Selera, Kompromi Jadi Satu-satunya Jalan

Tiap orang memiliki selera dan gaya berbeda. Selera anak muda zaman sekarang yang kebanyakan condong ke budaya pop disadari betul oleh seniman Utin Rini yang menjadi mentor Kenar, siswi Kelas 10 SMA Sanggar Anak Alam. Keduanya terlibat dalam pameran Caraka #2 yang diadakan Tanggal 9-23 Desember 2018 di Warung Kopi Dst di Kasihan, Bantul.

Kolaborasi Kenar dan Utin

”Minat saya lebih ke aksara dan benang, sementara minat Kenar lebih nge-pop dengan kegemarannya pada hal-hal yang berbau Korea,” ujar Utin yang diwawancarai pada suatu siang di warung soto yang terletak di seberang Salam.

Utin, sapaannya, mengungkapkan, dalam berproses dan berkarya bersama dengan remaja seusia Kenar menjadi hal yang baru baginya. Sebab, keduanya baru pertama kali kenal dan saling bersinggungan.

”Mendekati anak yang sudah besar merupakan hal baru, apalagi saya bukan fasilitator, bahasa yang kami pakai pun seperti membuka cakrawala komunikasi,” ungkapnya.

Disamping itu, keduanya memiliki selera yang berbeda. Utin menuturkan, waktu dan selera menjadi tantangan tersendiri. Kenar, lanjut Utin, lebih minat pada digital print, sementara Utin lebih banyak mengajarkan pakem ilustrasi dan grafis.

Pak Nasirun sedang mengamati Karya Kenar

”Pertama saya menawarkan untuk beberapa teknis grafis, tapi ternyata nggak sesusai dengan risetnya selama di sekolah. Kompromi banget. Dia punya riset tentang ilustrasi, tapi lebih banyak ke digital print. Ya anak sekarang lebih pintar dengan teknologi, saya pun merespons saja minatnya ke mana,” jelasnya.

Terpenting, dalam mendampingi Kenar, Utin memberikan pemahaman tentang dasar-dasar ilustrasi dan grafis. Dalam dua kali pertemuan dengan Kenar, Utin pun memberikan tugas untuk ilustrasi dua dimensi yang dipamerkan di pameran Caraka #2.

”Terpenting tidak melanggar kaidah seni grafis. Untuk karyanya menceritakan suatu novel. Karya yang dipamerkan selain gambar juga novel yang sudah dia review dan sudah direspons dari segi ilustrasi,” tuturnya.

Dengan adanya konsep pendampingan seniman dan anak dalam Caraka #2 ini, bagi Utin, merupakan hal yang bagus. Karena dia pun bisa mengenalkan ilustrasi dan grafis kepada anak-anak. ”Orang sering menilai grafis itu rumit dan hasilnya sulit dicapai. Tapi saya senang karena bisa menularkan dan menyebarkan informasi mengenai grafis ke anak-anak,” tutur pelukis yang di sisi kehidupannya yang lain merupakan seorang dancer ini. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *