Pada tahun 1932, Ki Hadjar Dewantoro dengan tegas menentang Undang-Undang Sekolah Liar yang dikeluarkan oleh Kolonialisme Belanda yang melarang berdirinya sekolah-sekolah bumiputra. Belanda khawatir tumbuhnya sekolah-sekolah di luar garis kekuasaan kolonial itu akan menumbuhkan bibit pemikiran menentang penindasan kolonial, termasuk tumbuhnya Nasionalisme Indonesia.
Perjuangan utama Ki Hadjar Dewantara adalah menyelenggarakan pendidikan yang terbuka dan memerdekakan. Pendidikan seperti itu menumbuhkan pribadi-pribadi yang kuat, kritis, dan berpikir terbuka. Sanggar Anak Alam (Salam) didirikan dalam situasi yang berbeda. Namun sekolah ini menggunakan semangat yang sama dalam merespon situasi bangsa. Semangat tersebut membuat Salam melangsungkan metode pendidikan yang berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya.
“Sekolah Keluarga” menjadi salah satu konsep yang dikembangkan dalam intensitas perjumpaan pengelola Salam, siswa, orang tua, dan fasilitator. Kehadiran beberapa seniman perupa dalam komunitas orang tua Salam didorong oleh motivasi-motivasi yang hampir sama. Kebutuhan ruang yang mampu memerdekakan diri juga dimiliki oleh para seniman itu, termasuk dalam pendidikan anak-anak mereka. Salam dan para seniman ini memiliki landasan yang nyaris sama yang memungkinkan terjadinya dialog dan kolaborasi lebih lanjut.
Pameran CARAKA ini merefleksikan kembali kedekatan Ki Hadjar D dengan Taman Siswa dengan para seniman. S. Sudjojono salah satu pelukis Indonesia pernah menjadi siswa dan pamong (guru) di Taman Siswa. Sudjojono beserta rekannya Sindhusiswara ikut terlibat dalam penyusunan Pre-Advis (Saran Awal) Pedoman Pendidikan Seni Rupa di Taman Siswa. Dalam film dokumenter yang dibuat oleh PPFN pada tahun 1960 diperlihatkan bagaimana mertode pendidikan di Taman Siswa menggunakan praktik seni sebagai pengembangan pribadi siswa, mulai dari tingkat anak-anak hingga dewasa.
22 seniman (pelukis, pematung, pegrafis, fotografer, dsb) dalam pameran ini adalah para orang tua Salam dan kerabat Salam. Pameran Caraka didukung oleh para Pak Toto Rahardjo dan Bu Wahyaningsih selaku pendiri Salam. Forum Orang Tua Salam dan siswa Salam juga terlibat sepenuhnya dalam mengelola pameran, melakukan pementasan seni, dan lokakarya-lokakarya. []
Orang Tua SALAM, Kurator Senirupa
Leave a Reply