MIMPI menjadi bagian yang menyenangkan bagi Yoelexz Diposentono. Tak heran, salah satu orang tua SALAM ini menampilkan lukisan bernuansa ”mimpi” dalam Pameran Caraka. Apa alasannya?
Pria kelahiran Savanajaya, Buru, Maluku ini memilih karya bernuansa ”mimpi” karena menurutnya lebih bebas dan luas untuk pengerjaannya baik dari sisi ide dan tekniknya.
”Tentunya karena mimpi itu menyenangkan,” ujarnya.
Ditanyai mengenai aliran yang diusungnya, pria yang karya muralnya tertampang di dinding bangunan TA Salam ini mengaku tidak memusingkan akan hal itu.
”Aliran Yoelexzdiyah. Temannya gernanisty dan mimiholic, juga totoisme. Alirannya opolah mbak, manut yang menikmati,” seloroh ayah dari Banyu, siswa kelas 4 SD Salam ini.
Bagi teman-teman di komunitas SALAM tentunya tak asing dengan karya mural, handlettering, dan desainnya. Sebab, Yoelexz kerap membantu dalam dekorasi Pasar Ekspresi yang diadakan rutin di SALAM.
Pameran Caraka ini merupakan pameran pertama setelah beberapa saat vakum dari komunitas seni rupa. Pria yang pernah bersekolah di SMSR ini menuturkan, selama vakum di komunitas seni rupa, dari tahun 2000an sampai 2016an, dia lebih sering berkegiatan di dunia musik, advertising/cetak, mural dan desain/sablonase. Bahkan kadang jadi juri mewarnai atau menggambar.
”Pernah pameran lukis di Purna Budaya tapi tahunnya lupa. Paling sering ikut pameran bareng komunitas seniman Jepara. Juga pernah bareng Sanggar Bambu,” jelasnya.
Baginya, keikutsertaan dalam Pameran Caraka ini sebagai wujud dukungan untuk Salam, tempat buah hatinya belajar. Yoelexz mengingat betul kata-kata maestro lukis, Alm Affandi, yang menyatakan ”Orang seni/seniman itu nggak sekolah nggak papa, mereka bisa pintar sendiri, tapi mereka akan jadi biadab. Kenyataannya mereka butuh sekolah supaya jadi beradab.”
Nah, menurutnya, pendidikan jelas berkaitan dengan seni. Karena baginya, pendidikan itu seni, dan seni itu juga pendidikan. Sesuai pula dengan tema yang diusung oleh Pameran Caraka ini. []
ORTU SALAM, Jurnalis
Leave a Reply