Blog

Krisis Persekolahan Modern

Sistem Persekolahan Modern hari ini disesali banyak bangsa, keluarga maupun pakar sebagai sistem yang membuat krisis manusia dan krisis alam. Sistem ini dianggap gagal melahirkan “human being” dan hanya mencetak “human doing” serta “human thinking”, karena yang difokuskan hanyalah skill dan knowledge. Bahkan saking menghambanya pada keterampilan dan pengetahuan maka pendidikan karakter pun ditempelkan ke mata pelajaran dan diseragamkan.

Foto by. Totok Anwarsito

Lalu kesadaran akan pentingnya pendidikan yang melahirkan “human being”, yaitu manusia yang kembali kepada fitrahnya kemudian nampak pada arus baru pendidikan yang mendorong tumbuhnya potensi bakat anak, atau keunikan anak. Tetapi sesungguhnya bakat hanyalah satu aspek fitrah, masih banyak fitrah lainnya yang secara simultan harus ditumbuhkan.

Human Being adalah manusia yang tumbuh paripurna semua aspek fitrahnya, meliputi fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah belajar, fitrah seksualitas, fitrah estetika dan bahasa, fitrah individualitas dan sosialitas, dan seterusnya kemudian merelevankan semua fitrah itu pada peran-peran peradaban yang penuh makna dan secara spritual itu semua untuk mencapai maksud Allah menciptakan manusia.

Bayangkanlah, jika bakat tumbuh hebat tetapi atheis dan tidak menyeru manusia pada Tuhan karena fitrah keimanannya tidak tumbuh, lantas bagaimana? Bayangkanlah jika bakat tumbuh hebat tetapi menjadi kelainan kecenderungan sexualnya dan kelak menjadi ayahbunda yang buruk karena fitrah seksualitasnya tak tumbuh, lantas bagaimana?

Bayangkanlah jika bakat tumbuh hebat tetapi tidak innovatif dan merusak alam karena fitrah belajar dan bernalarnya tidak tumbuh dan berinteraksi dengan alam, lantas bagaimana?

Bayangkanlah jika bakat tumbuh hebat namun tidak berkontribusi pada realita sosial dan masyarakatnya karena fitrah individualitas dan sosialitas tidak tumbuh, lantas bagaimana?

Bayangkanlah jika bakat tumbuh hebat tetapi adabnya tidak dipandu Kitabullah, lantas bagaimana?
dst-nya.

Namun masalah juga muncul jika terjadi kebalikan, yaitu bagaimana jika fitrah keimanan tumbuh baik namun fitrah bakatnya tak tumbuh? Maka kita temukan pemuda “baik baik” yang galau tanpa peran dan karya terbaik.

Ingat bahwa pendidikan berbasis fitrah adalah pendidikan yang merawat, menumbuhkan, membangkitkan setiap aspek potensi fitrah sehingga tumbuh paripurna dan kelak akan mencapai peran peran peradaban terbaik.

Fitrah keimanan jika tumbuh paripurna maka peran yang dicapai adalah peran menyempurnakan akhlak manusia dengan Tauhid. Ini disebut akhlak atau adab pada Allah

Fitrah belajar dan bernalar jika tumbuh paripurna maka peran yang dicapai adalah peran innovator untuk memakmurkan bumi dan menjadi rahmat bagi semesta alam. Ini disebut akhlak atau adab pada Alam

Fitrah bakat jika tumbuh paripurna maka peran yang dicapai adalah peran solution maker atau pembawa berita gembira dan peringatan kepada masyarakatnya. Ini disebut adab atau akhlak pada Kehidupan.

Fitrah seksualitas jika tumbuh paripurna maka peran yang dicapai adalah peran lelaki sejati atau peran perempuan sejati kemudian kelak menjadi peran keayahan sejati dan peran keibuan sejati. Ini disebut akhlak atau adab pada keluarga dan generasi.

Maka mari tumbuhkan seluruh aspek fitrah anak anak kita secara simultan dan paripurna sesuai fitrah perkembangannya agar kelak mereka mencapai peran peran peradaban terbaik dan akhlak yang mulia sehingga memenuhi maksud diadakannya manusia di muka bumi, yaitu beribadah kepada Allah semata dan menjadi Khalifah Allah di muka bumi. []

[Harry Santosa Millenial Learning Center]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *