Proses belajar melalui sumberdaya setempat (local resources based learning), siswa memanfaatkan sumberdaya pembelajaran yang ada di daerah setempat. Mulai dari materinya, metode, atau tata ruang tempat belajarnya. Materi belajar tersedia melimpah di sekitar kita. Terlebih kalau pelajaran geografi, biologi, sosiologi, antropologi, PKn, bahasa dan agama. Untuk pelajaran yang lain pun, sangat mudah ditemukan di daerah setempat. Hal yang perlu dilakukan adalah kecermatan seorang tenaga pendidik, dalam mengolah bahan ajar setempat (local material) sebagai bahan proses belajar yang akan digunakanan.
Di daerah pegunungan misalnya, dapat mengidentifikasi ragam tanah, keadaan cuaca, dan jenis matapencaharian masyarakat. Media setempat itu akan sangat berguna bagi siswa. Selain mengenali gejala yang ada di sekitarnya, juga akan meningkatkan kepekaan dan kepedulian terhadap gejala sosial dan gejala alam di sekitarnya.
Tidak kalah pentingng yakni tata ruang tempat belajar. Selama ini, kita berada di tempat belajar yang hampir seragam. Pengalaman kita, sejak sekolah dasar, menengah maupun perguruan tinggi, kita berada di tempa belajar yang sama, yaitu bentuk bangunan kaku, dengan ukuran 6×6 atau 8×8 m. Tidak lebih dan tidak kurang dari itu.
Mungkin saat kita belajar di pendidikan pra sekolah atau pendidikan usia dini. Beberapa tempat belajar PAUD, ada yang memanfaatkan rumah pribadi, sebagai tempat belajar. Pilihan itu agak unik, karena memiliki nuansa, memberikan spirit ‘rumah belajar’ atau ‘belajar seperti di rumah’ atau ‘rumahku adalah tempat belajarku’ (baity madrasaty). Selain itu, tempat belajar kita, memiliki nuansa dan bentuk yang sama. Kaku, dengan ukuran baku.
Jika kita mau sedikit berinovasi. Tempat belajar itu sesungguhnya bisa beragam. Pada sekolah alam, misalnya, mereka bisa belajar di luar kelas. Selain itu, ada juga yang bisa memanfaatkan ruang rumah, atau tempat lainnya sebagai tempat belajar.
Model pembelajaran bebasis sumberdaya setempat, memiliki spirit untuk bisa memanfaatkan ruang-ruang geografik yang ada di daerah setempat sebagai tempat belajar. Belajar tidak selamanya harus di gedung bernama “kelas”. Itulah yang kita maksudkan di sini.
Pengertian Lingkungan Setempat Sebagai Sumber Belajar
Sebagai makhluk hidup, anak selain berinteraksi dengan orang atau manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup lainnya. Antara lain adalah berbagai tumbuhan dan hewan, sedangkan benda-benda lain seperti udara, air, dan tanah. Manusia merupakan salah satu anggota di dalam lingkungan hidup yang berperan penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat dalam sistem tersebut.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkungi di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling.
Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia.
Penggunaan cara atau metode yang bervariasi ini merupakan tuntutan dan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam pendidikan sejak anak usia dini. Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan anak usia dini bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
Lingkungan merupakan sumber belajar yang kaya dan menarik untuk anak-anak. Lingkungan mana pun bisa menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-anak.
Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai binatang, dengan memanfaatkan lingkungan anak akan dapat memperoleh pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun jika guru menceritakan kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah seperti halnya jika guru mengajak anak untuk memanfaatkan lingkungan. Memanfaatkan lingkungan sekitar dengan membawa anak-anak untuk mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar.
Artinya belajr tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, dan budaya, perkembangan emosional serta intelektual. []
SALAM (Sanggar Anak Alam), Laboratorium Pendidikan Dasar, berdiri pada tahun 1988 di Desa Lawen, Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara.
Leave a Reply